Pasar saham Amerika Serikat (AS), yang dikenal sebagai Wall Street, mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Kamis.
Kinerja negatif ini dipicu oleh laporan inflasi AS yang menunjukkan angka lebih tinggi dari perkiraan, menggemakan kekhawatiran investor terhadap kemungkinan langkah lanjutan dari Federal Reserve terkait kebijakan moneter.
Indeks Nasdaq Composite, yang didominasi saham-saham teknologi, turun 0,66 persen, melorot kembali di bawah ambang psikologis 20.000 dan ditutup di level 19.902,84.
Indeks S&P 500, yang mencerminkan pasar saham secara luas, melemah 0,54 persen dan berakhir pada 6.051,25.
Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) kehilangan 234,44 poin atau 0,53 persen, menutup sesi di level 43.914,12.
Menurut laporan dari CNBC, hari Kamis ini menandai sesi keenam berturut-turut di mana DJIA mencatatkan kerugian, mencerminkan tekanan berkelanjutan yang dialami oleh pasar saham.
Saham Teknologi Terseret
Sektor teknologi menjadi salah satu penyumbang terbesar penurunan. Saham Nvidia—pemimpin dalam pasar chip—melemah lebih dari 1 persen.
Adobe, perusahaan perangkat lunak terkemuka, anjlok lebih dari 13 persen setelah memberikan proyeksi pertumbuhan yang mengecewakan untuk tahun 2025.
Selain itu, saham raksasa teknologi lainnya seperti Meta Platforms, Alphabet, dan Amazon juga mencatat penurunan dalam sesi perdagangan tersebut.
Performa Mingguan Wall Street
Minggu ini menjadi periode yang penuh dinamika bagi Wall Street.
Pada hari Rabu, indeks Nasdaq mencatat sejarah dengan menembus level 20.000 untuk pertama kalinya dan menutup perdagangan di rekor tertinggi.
Indeks S&P 500 juga menunjukkan penguatan pada beberapa sesi. Namun, tren tersebut tidak diikuti oleh DJIA yang terus menunjukkan pelemahan.
Inflasi Jadi Sorotan
Laporan inflasi AS yang lebih tinggi dari estimasi menjadi faktor utama yang membebani sentimen pasar.
Data tersebut memicu kekhawatiran bahwa bank sentral AS, Federal Reserve, mungkin akan memperpanjang periode suku bunga tinggi untuk menekan laju inflasi.
Ketidakpastian mengenai kebijakan moneter ini terus menciptakan volatilitas di pasar saham, terutama di sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti teknologi.
Dengan laporan ekonomi tambahan yang masih ditunggu, investor diperkirakan akan terus memantau dengan seksama setiap perkembangan yang dapat memengaruhi arah pasar ke depan.
Momentum ini menjadi pengingat bahwa dinamika pasar sangat dipengaruhi oleh data ekonomi dan respons kebijakan, yang keduanya berperan besar dalam membentuk sentimen investor.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.