Varian Omicron corona merupakan varian baru yang sedang menjadi topik hangat di seluruh dunia.
Bahkan beberapa waktu lalu, Varian Omicron menyebar hingga ke kawasan Eropa dengan kasus pertama di negara Belgia.
Laporan kasus varian baru corona Omicron pertama Eropa ini terdeteksi pada seorang pelancong yang tidak mendapat vaksinasi.
Dia baru saja melangsungkan perjalanan dari negara Mesir melalui Turki serta memperlihatkan penularan berupa komunitas.
Pasien tersebut mengembangkan gejala seperti flu ringan selama 11 hari sesudah bepergian.
Ia tidak mempunyai hubungan dengan negara Afrika Selatan ataupun negara lain yang berada di bagian selatan Benua Afrika.
Hingga sekarang, kasus Varian Omicron corona kabarnya terdeteksi di kawasan Hong Kong serta Israel.
Lantas apa sebenarnya varian baru corona satu ini?
Mengenal Varian Omicron Corona
WHO secara resmi menetapkan Varian Omicron corona sebagai pemicu kenaikan kasus Covid-19 di Benua Afrika Selatan.
Di mana kasus tersebut masuk dalam VOC atau variant of concern terbaru oleh WHO.
Penetapan tersebut sontak menimbulkan kehebohan sekaligus peningkatan kewaspadaan di seluruh penjuru dunia.
Mengutip akun Instagram resmi dokter Adam Prabata, varian Omicron adalah nama lain varian corona B.1.1.529.
Mutasi terbaru Virus Corona tersebut pertama kali ilmuwan temukan pada bulan November tahun 2021.
Lokasi penemuan mutasi virus corona ini di sejumlah negara Benua Afrika wilayah Selatan.
Varian Omicron sendiri memiliki kurang lebih 50 mutasi.
Tetapi sekitar 30 mutasi dalam protein S atau bagian virus yang ia gunakan menempel pada sel manusia sebagai tujuan penyerangan.
Kabarnya Varian Omicron corona menimbulkan kenaikan angka kasus Covid-19 baru di negara Afrika,
Bahkan kenaikannya lebih cepat daripada varian sebelumnya yakni Delta.
Kuat dugaan varian Omicron meningkatkan resiko terinfeksi kepada orang-orang yang pernah tertular virus corona.
Walaupun lebih cepat menular, Varian Omicron belum terbukti berisiko rawat inap atau mematikan daripada varian lainnya.
Dokter Adam Prabata menekankan kalau Varian Omicron menurunkan respon imun tubuh manusia terhadap Covid-19.
Hal ini nantinya berdampak terhadap penurunan kemampuan vaksin serta terapi antibody tubuh.
Anjuran Pemakaian Masker yang Benar Untuk Pencegahan Varian Omicron
Kemunculan Varian Omicron corona atau varian Botswana membuat kita harus melakukan perlindungan lebih optimal.
Sebab varian baru yang terdeteksi pertama kali di Afrika Selatan tersebut bermutasi lebih besar dengan penularan lebih tinggi.
Tak hanya vaksinasi Covid-19 serta menerapkan protokol kesehatan, ada cara lain untuk mencegah penularan varian baru corona tersebut.
Eric Daniel Tenda selaku dokter spesialis penyakit dalam menjelaskan bahwa pemakaian masker double dapat memberikan perlindungan optimal.
Pemakaian masker medis bisa memberikan perlindungan 50 sampai 60 persen dari resiko terpapar Covid-19 termasuk Varian Omicron.
Jika orang-orang menambahkan perlindungan dengan masker kain sebagai lapisan luar, maka perlindungan semakin besar.
Di mana perlindungan bisa mencapai 85 persen menurunkan resiko tertular Covid-19.
Tetapi pemakaian dua masker tersebut sebaiknya tidak dalam jangka waktu yang lama.
Eric menyarankan pemakaian masker double maksimal sampai enam jam lamanya.
Apalagi jika pengguna batuk dan berkeringat otomatis masker menjadi basah.
Sebaiknya tali masker agar orang-orang pakai dengan silang atau knot supaya tidak ada celah virus bisa masuk dari sisi samping.
Dengan menyilangkan tali pada masker, maka tidak akan ada bagian longgar ketika memakai masker.
Menyilangkan tali masker turut meminimalisir resiko virus bisa masuk dari samping tanpa tersaring dengan masker.
Meskipun Varian Omicron corona belum terdeteksi di Indonesia, masyarakat harus waspada dengan virus tersebut.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.