Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan pada perdagangan Rabu sore (11/12/2024), mencapai level Rp 15.919 per dolar AS, setelah mengalami pelemahan 48 poin atau 0,3%.
Pelemahan ini melanjutkan tren negatif yang sudah terjadi sejak Selasa (10/12/2024), ketika rupiah ditutup turun 4 poin (0,03%) pada level Rp 15.870.
Penyebab utama pergerakan nilai tukar ini adalah ketegangan geopolitik global yang semakin memanas, terutama di kawasan Timur Tengah dan Asia.
Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, ketegangan geopolitik yang meningkat, seperti ketegangan antara China dan Taiwan, serta situasi di Suriah, telah meningkatkan kekhawatiran pasar.
Ibrahim menjelaskan, ketidakpastian di kawasan-kawasan tersebut memicu reaksi pasar yang hati-hati, di mana para investor menunggu perkembangan lebih lanjut.
“Pasar menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi, terutama dengan kemungkinan pelonggaran pengaruh Iran di Timur Tengah,” ungkap Ibrahim.
Ketegangan yang melibatkan Taiwan dan China semakin mempengaruhi pasar, setelah China terlibat dalam latihan perang terbesar di sekitar Taiwan dalam beberapa dekade terakhir, dengan mengerahkan sekitar 90 kapal.
Situasi ini memperburuk ketidakpastian, karena Taiwan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman dari China.
Di sisi lain, ketidakstabilan politik di Korea Selatan juga menjadi sorotan, di mana Presiden Yoon Suk Yeol menghadapi tuntutan pidana terkait upayanya yang gagal untuk memberlakukan darurat militer.
Selain itu, ketidakpastian mengenai kebijakan moneter AS juga turut berperan dalam melemahnya rupiah.
Investor sedang menunggu rilis data indeks harga konsumen (CPI) AS yang akan diumumkan pada hari ini, yang akan menjadi acuan bagi kebijakan suku bunga The Fed.
Ketidakpastian terkait suku bunga ini turut menguatkan dolar AS, yang kemudian menekan mata uang-mata uang Asia, termasuk rupiah.
Di tengah ketegangan geopolitik ini, Ibrahim memprediksi bahwa rupiah akan terus mengalami fluktuasi, dengan proyeksi pergerakan pada Kamis (12/12/2024) di kisaran Rp 15.910 hingga Rp 15.970 per dolar AS.
Sementara itu, dari sisi domestik, ada berita positif yang sedikit mengimbangi tekanan eksternal, yakni meningkatnya kepercayaan konsumen Indonesia.
Survei yang dirilis oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa indeks kepercayaan konsumen Indonesia naik menjadi 125,9 pada November 2024, dari 121,1 pada bulan sebelumnya, mencerminkan optimisme yang lebih tinggi terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Namun, dengan terus bergulirnya ketegangan geopolitik dan perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian, tekanan terhadap rupiah kemungkinan besar akan berlanjut dalam jangka pendek.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.