Diabetes merupakan penyakit jangka panjang yang memengaruhi kemampuan tubuh dalam mengatur kadar gula darah, dan jika tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius, seperti gangguan jantung, masalah ginjal, hingga kebutaan.
Untuk itu, perawatan medis yang komprehensif dan terarah sangat dibutuhkan oleh para penderita diabetes.
Rumah sakit pengampu diabetes memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal sesuai dengan kondisi masing-masing.
Ketua Umum Pengurus Pusat Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PP Perkeni), Prof. Em Yunir, menyambut baik upaya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menjadikan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit rujukan untuk diabetes, yang juga disebut rumah sakit pengampu diabetes.
Menurut Yunir, langkah ini bertujuan untuk menciptakan keseragaman dalam standar perawatan diabetes di seluruh rumah sakit, dengan memberikan pelatihan yang menyeluruh kepada tenaga medis serta fasilitas yang memadai.
“RSCM akan memimpin pelatihan bagi rumah sakit-rumah sakit lain di bawahnya untuk menerapkan standar prosedur yang seragam, mulai dari kelengkapan fasilitas medis, dokter, hingga obat-obatan yang tepat,” ujar Yunir, dalam wawancaranya dengan Antara, Sabtu (23/11/2024).
Ia menambahkan bahwa rumah sakit dengan tipe B, C, maupun yang berstatus madya, termasuk rumah sakit pusat seperti RSCM, akan dilatih untuk meningkatkan keterampilan dalam menangani diabetes dan penyakit katastropik lainnya, seperti penyakit jantung.
Prof. Yunir juga berharap rumah sakit umum daerah dapat turut berperan dalam penanganan pasien diabetes, agar pasien tidak perlu melakukan perjalanan jauh ke kota besar untuk mendapatkan perawatan dari spesialis.
Mengingat tantangan yang sering muncul dalam pengelolaan diabetes, seperti keterbatasan aturan, ketersediaan obat, dan masalah dalam sistem rujukan, Yunir menekankan perlunya solusi holistik yang melibatkan kolaborasi antara manajemen rumah sakit, pihak asuransi, dokter, serta sistem kesehatan nasional.
“Masalah sering muncul karena terbatasnya aturan atau ketersediaan obat. Banyak pasien diabetes yang mengandalkan asuransi kesehatan pemerintah (BPJS), dan ini kadang menjadi hambatan dalam mendapatkan pengobatan yang memadai,” jelas Yunir.
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya pemangku kebijakan untuk memastikan ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan, seperti obat penurun gula darah, serta pengelolaan penyakit penyerta lainnya, seperti hipertensi dan kolesterol yang kerap ditemukan pada pasien diabetes.
Selain itu, Yunir juga mengingatkan pasien untuk selalu mematuhi jadwal kontrol rutin dan mengonsumsi obat sesuai resep, guna menghindari komplikasi yang lebih serius. “Banyak pasien, terutama yang lebih tua, sering kesulitan untuk datang tepat waktu karena kendala transportasi atau pekerjaan. Padahal, jika kontrol terlambat, risiko komplikasi akan semakin besar, dan dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan penglihatan atau infeksi serius,” tambahnya.
Dengan adanya rumah sakit pengampu diabetes yang memiliki standar perawatan yang tinggi, diharapkan pasien dapat mendapatkan perawatan yang lebih intensif dan terkontrol dengan baik.
Ini diharapkan akan mengurangi angka komplikasi diabetes dan meningkatkan kualitas hidup pasien, sekaligus memperkuat sistem perawatan kesehatan yang lebih merata di seluruh Indonesia.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.