Dunia dikejutkan oleh kisah inspiratif Samratul Fuad, seorang petani milenial berusia 24 tahun dari Dusun Sukahurip, Desa Sukaresik, Sindangkasih, Kabupaten Ciamis.
Fuad, begitu ia akrab disapa, berhasil lolos seleksi Program Magang Petani di Jepang yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian RI.
Kini, ia tengah menjalani program magang selama satu tahun di Negeri Sakura, membawa harapan baru bagi masa depan pertanian Indonesia.
Keberhasilan Fuad menjadi bukti bahwa menjadi petani bukan lagi profesi kuno yang ditinggalkan kaum muda. Ia menunjukkan bahwa petani pun bisa berprestasi dan bersaing di kancah internasional.
“Semoga Fuad menjadi motivasi bagi para milenial di Sindangkasih khususnya dan Ciamis umumnya,” ungkap Koordinator BPP Sindangkasih, Iis Iskandar, SP.
Fuad bukan hanya membawa nama Ciamis, tetapi juga membawa misi mulia untuk memajukan pertanian Indonesia.
Diharapkan, setelah kembali dari Jepang, Fuad dapat menerapkan ilmu dan teknologi pertanian modern yang ia pelajari untuk meningkatkan kesejahteraan petani di tanah air.
Kisah Fuad juga mematahkan mitos bahwa petani identik dengan kemiskinan. Dia menunjukkan bahwa menjadi petani bisa menjanjikan masa depan yang cerah.
“Samratul Fuad bisa menjadi suri tauladan dan bisa mematahkan anggapan bahwa 2040 petani akan hilang,” ujar Iis.
Terinspirasi oleh Fuad, BPP Sindangkasih terus berupaya mencetak lebih banyak Petani Milenial melalui program Sekolah Lapangan Pertanian Ramah Lingkungan.
“Sasarannya setiap tahun ada dua atau tiga petani milenial baru yang mengikuti program ini,” jelas Iis.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.