Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Proses penurunan dan pembukuan Al Quran memiliki sejarah panjang yang penuh dengan hikmah.
Perjalanan Al Quran dari wahyu hingga dibukukan adalah perjalanan luar biasa yang menjamin keaslian dan kesempurnaan kitab ini sebagai panduan hidup bagi umat manusia hingga hari kiamat.
Artikel ini akan membahas sejarah dan proses pembukuan Al Quran, mulai dari turunnya wahyu pertama hingga menjadi kitab suci yang dibukukan seperti yang kita kenal saat ini.
1. Penurunan Wahyu Pertama kepada Nabi Muhammad SAW
Perjalanan Al Quran dimulai dengan turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu ini turun pada tahun 610 M di Gua Hira, saat Nabi Muhammad sedang berkhalwat (menyendiri) untuk merenung dan mencari petunjuk hidup. Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama yang berupa lima ayat dari Surat Al-Alaq:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. Al-Alaq: 1-5)
Wahyu pertama ini menandai dimulainya tugas kenabian Nabi Muhammad SAW dan menjadi awal perjalanan penurunan Al Quran selama kurang lebih 23 tahun.
Wahyu-wahyu berikutnya terus turun sesuai kebutuhan, situasi, dan konteks yang dihadapi oleh umat Muslim pada masa itu.
Makna Turunnya Wahyu Pertama:
Turunnya wahyu pertama ini menunjukkan pentingnya pengetahuan dan pengajaran dalam Islam, serta memperkenalkan Al Quran sebagai sumber kebenaran yang mutlak.
2. Pengumpulan Wahyu Secara Lisan dan Penulisan di Masa Nabi SAW
Setiap kali wahyu turun, Nabi Muhammad SAW menyampaikan dan mengajarkannya kepada para sahabat. Al Quran awalnya dihafalkan oleh para sahabat dan juga dicatat oleh penulis wahyu di berbagai media sederhana seperti pelepah kurma, kulit hewan, batu, dan tulang.
Para sahabat yang menjadi penulis wahyu meliputi beberapa sahabat utama seperti Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin Ka’ab. Mereka memastikan bahwa setiap ayat yang turun dicatat dengan hati-hati sesuai arahan langsung dari Nabi Muhammad SAW.
Peran Penghafal dan Penulis Wahyu:
Penghafalan dan penulisan wahyu di masa Nabi adalah upaya pertama untuk memastikan bahwa Al Quran tetap terjaga keasliannya. Hal ini juga menunjukkan komitmen para sahabat dalam menjaga firman Allah SWT.
3. Pengumpulan Al Quran di Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, tantangan baru muncul. Pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, terjadi perang melawan kaum murtad dalam Perang Yamamah yang menyebabkan banyak penghafal Al Quran gugur sebagai syuhada.
Umar bin Khattab kemudian mengusulkan agar Al Quran dikumpulkan menjadi satu kitab untuk menghindari risiko hilangnya ayat-ayat yang dihafalkan.
Abu Bakar Ash-Shiddiq akhirnya setuju dengan usulan ini dan menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al Quran. Zaid, sebagai penulis wahyu di masa Nabi, mengumpulkan semua catatan dan hafalan yang dimiliki para sahabat. Setelah proses verifikasi yang ketat, naskah lengkap Al Quran pun berhasil dikumpulkan dalam satu mushaf.
Makna Penting Pengumpulan di Masa Abu Bakar:
Proses pengumpulan ini menunjukkan pentingnya menjaga keaslian Al Quran. Mushaf pertama ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar, kemudian oleh Umar, dan akhirnya oleh Hafsah, putri Umar.
4. Standarisasi Al Quran di Masa Khalifah Utsman bin Affan
Beberapa tahun kemudian, perbedaan cara membaca Al Quran mulai muncul di wilayah-wilayah yang jauh dari Mekkah dan Madinah. Untuk mencegah perpecahan, Khalifah Utsman bin Affan memutuskan untuk menstandarkan bacaan Al Quran dan mengirimkan mushaf-mushaf standar ke berbagai wilayah kekhalifahan Islam.
Khalifah Utsman juga membentuk tim yang terdiri dari Zaid bin Tsabit dan beberapa sahabat lainnya untuk menyalin mushaf yang disusun pada masa Abu Bakar. Setelah selesai, mushaf standar ini dikenal sebagai Mushaf Utsmani, dan semua mushaf atau naskah yang berbeda dari standar ini diperintahkan untuk dimusnahkan demi menjaga keseragaman.
Makna Standarisasi Mushaf Utsmani:
Dengan adanya Mushaf Utsmani, umat Islam di seluruh dunia memiliki satu versi Al Quran yang sama, menjaga kesatuan dan mencegah perbedaan yang bisa memicu konflik.
5. Penyebaran dan Penyalinan Al Quran ke Seluruh Dunia
Setelah proses standarisasi selesai, Mushaf Utsmani dikirim ke berbagai wilayah Islam, termasuk Kufah, Basrah, Damaskus, dan Mesir. Setiap mushaf ini ditulis tanpa tanda baca atau harakat (tanda pembeda suara), karena masyarakat Arab pada masa itu sudah terbiasa dengan bahasa Arab klasik.
Dengan penyebaran ini, Al Quran mulai dihafal dan dipelajari oleh umat Muslim di berbagai wilayah, dari Jazirah Arab hingga Afrika Utara dan Asia Tengah. Al Quran menjadi pusat dari kehidupan beragama umat Islam, dibaca dalam shalat dan dipelajari dalam berbagai lembaga pendidikan.
Makna Penyebaran Mushaf Utsmani:
Penyebaran mushaf ini mengukuhkan Al Quran sebagai pedoman utama umat Muslim di seluruh dunia, menyatukan umat dalam satu bacaan dan pemahaman yang sama.
6. Pemberian Harakat dan Tanda Baca pada Al Quran
Pada abad ke-8 Masehi, ketika Islam semakin menyebar dan bahasa Arab mulai dikuasai oleh non-Arab, para ulama memutuskan untuk menambahkan harakat dan tanda baca pada Al Quran. Ini dilakukan agar umat Muslim yang bukan penutur asli bahasa Arab bisa membaca Al Quran dengan benar.
Pemberian harakat ini diawali oleh Abu Aswad Ad-Du’ali, seorang ulama besar di masa Dinasti Umayyah. Dengan adanya harakat, bacaan Al Quran menjadi lebih mudah dipahami dan membantu mencegah kesalahan dalam pengucapan.
Makna Pemberian Harakat:
Penambahan harakat menjadi solusi bagi umat non-Arab untuk belajar membaca Al Quran dengan benar, memastikan bahwa semua umat Muslim bisa mengucapkan ayat-ayat Al Quran dengan fasih dan sesuai tajwid.
FAQs
Mengapa Al Quran harus dibukukan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW?
Setelah wafatnya Nabi, banyak penghafal Al Quran gugur dalam perang, sehingga dibutuhkan pembukuan untuk menjaga keaslian dan kelengkapan Al Quran.
Apa yang dilakukan Khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan Al Quran?
Khalifah Abu Bakar menunjuk Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan seluruh catatan dan hafalan para sahabat agar Al Quran terjaga dan tidak hilang.
Mengapa standarisasi Al Quran dilakukan pada masa Khalifah Utsman?
Standarisasi dilakukan untuk mencegah perbedaan bacaan Al Quran yang dapat memecah belah umat Islam di berbagai wilayah kekhalifahan.
Siapa yang menambahkan harakat pada Al Quran?
Penambahan harakat dilakukan oleh Abu Aswad Ad-Du’ali untuk memudahkan umat Islam yang bukan penutur asli bahasa Arab membaca Al Quran dengan benar.
Apa makna dari Mushaf Utsmani bagi umat Islam?
Mushaf Utsmani menyatukan umat Islam dalam satu bacaan Al Quran yang seragam, menjaga kesatuan dalam membaca dan memahami Al Quran.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.