Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak anak perempuan di India yang mengalami menstruasi pada usia yang lebih muda dari biasanya.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan tenaga medis, mengingat dampak fisik dan psikologis yang dapat ditimbulkannya.
Berbagai faktor telah diduga menjadi penyebab dari pubertas dini ini, mulai dari pola makan hingga paparan bahan kimia.
Salah satu contoh adalah Archana, seorang ibu yang tinggal di pedesaan India.
Putrinya yang masih muda tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda pubertas, termasuk perubahan fisik yang tidak sesuai dengan usianya.
Awalnya, Archana merasa khawatir karena putrinya mulai menunjukkan tanda-tanda kematangan fisik seperti remaja berusia 14-15 tahun.
Setelah berkonsultasi dengan dokter, ditemukan bahwa kadar hormon putrinya jauh lebih tinggi dari yang seharusnya untuk anak seusianya.
Dokter pun menduga bahwa paparan pestisida yang digunakan di sekitar rumah dapat menjadi salah satu penyebabnya.
Di sisi lain, Rashi, seorang ibu yang tinggal di Delhi, juga terkejut ketika putrinya yang masih muda tiba-tiba mengalami pendarahan, yang kemudian dikonfirmasi sebagai menstruasi.
Hal ini tidak mudah diterima oleh Rashi karena putrinya masih sangat muda dan belum bisa sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi pada tubuhnya.
Para dokter yang menangani kasus ini menjelaskan bahwa fenomena pubertas dini atau pubertas prekoks ini semakin sering terjadi pada anak perempuan di India.
Pubertas dini adalah kondisi di mana anak-anak mengalami perubahan fisik yang biasanya terjadi pada usia yang lebih tua, seperti menstruasi bagi perempuan, atau perubahan suara dan pertumbuhan rambut pada laki-laki.
Secara umum, pubertas pada perempuan terjadi antara usia 8 hingga 13 tahun. Namun, kini banyak anak perempuan yang mulai mengalami menstruasi dalam waktu yang lebih cepat, yakni hanya beberapa bulan setelah tanda-tanda fisik pubertas muncul.
Menurut Dr. Vaishakhi Rustegi, seorang dokter spesialis endokrinologi remaja, dalam beberapa tahun terakhir, ada perubahan signifikan dalam pola pubertas anak perempuan di India.
Anak-anak perempuan kini mulai menstruasi hanya dalam waktu 3 hingga 4 bulan setelah munculnya tanda-tanda fisik pubertas, sedangkan sebelumnya, menstruasi bisa terjadi 18 bulan hingga 3 tahun setelah tanda-tanda awal.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Suchitra Surve dari Dewan Riset Medis India (ICMR) mengungkapkan bahwa fenomena pubertas dini ini semakin meningkat.
Salah satu studi yang dilakukan terhadap 2.000 gadis menunjukkan bahwa banyak ibu yang belum memahami tanda-tanda pubertas pada anak mereka.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pubertas dini pada anak perempuan di bawah usia sembilan tahun menjadi semakin umum, dan ini mendorong ICMR untuk mendirikan kamp pubertas dini di Mumbai untuk menangani masalah ini.
Beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai penyebab pubertas dini antara lain adalah paparan pestisida, pengawet makanan, polusi, serta obesitas.
Dr. Prashant Patil, yang meneliti pubertas dini pada anak-anak perempuan di Mumbai, menyatakan bahwa obesitas adalah salah satu faktor utama yang mendorong terjadinya pubertas dini.
Peningkatan obesitas di kalangan anak-anak, yang diperburuk oleh gaya hidup tidak aktif selama pandemi Covid-19, semakin memperburuk masalah ini.
Selain obesitas, paparan ponsel, televisi, dan layar lainnya dalam waktu lama juga diyakini berkontribusi pada pubertas dini.
Para ahli menjelaskan bahwa paparan sinar biru dari layar, ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik, dapat mempengaruhi keseimbangan hormon tubuh.
Menurut Dr. Rustegi, dalam beberapa tahun terakhir, rata-rata lima hingga enam kasus menstruasi dini dilaporkan setiap hari di rumah sakit tempatnya bekerja.
Hal ini menunjukkan tren yang semakin mengkhawatirkan mengenai kesehatan anak perempuan di India.
Selain itu, anak perempuan yang mengalami pubertas dini cenderung menghadapi masalah psikososial, seperti rendahnya citra tubuh dan potensi perisakan dari teman sebaya akibat perubahan fisik yang terjadi terlalu cepat.
Fenomena pubertas dini ini memerlukan perhatian lebih dari orang tua, tenaga medis, dan pembuat kebijakan di India.
Penyebab yang kompleks dan beragam memerlukan pendekatan yang komprehensif untuk mencegah dampak negatifnya, baik secara fisik maupun psikologis.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.