Biaya haji yang mencapai Rp 34-36 juta, sepertiga dari total biaya, memang signifikan. Salah satu faktor utama adalah harga tiket pesawat yang tinggi, mencapai Rp 17-18 juta sekali jalan.
Ternyata, berdasarkan catatan Tere Liye, yang diunggah di Akun Facebook Tere Liye, mahalnya harga tiket ini bukan karena harga normal.
Alasannya adalah karena penerbangan haji menggunakan sistem charter, di mana maskapai menyewakan seluruh pesawat untuk satu tujuan dan waktu tertentu.
Dalam kasus haji, Garuda Indonesia, misalnya, menyiapkan 14 pesawat untuk mengangkut jamaah dalam 294 kelompok terbang (kloter).
Saat satu kloter berangkat, pesawatnya penuh, tapi saat kembali, pesawatnya kosong.
Hal ini terjadi karena pesawat harus segera kembali ke Indonesia untuk mengangkut kloter berikutnya.
Situasi ini sama persis saat jamaah pulang haji. Pesawat penuh dari Arab Saudi, tapi kosong saat kembali ke Indonesia.
Kondisi ini membuka peluang bisnis yang menarik. Kenapa tidak mengisi pesawat kosong ini dengan wisatawan dari Arab Saudi?
Bayangkan, tiket PP ke Jeddah/Madinah bisa dibeli dengan harga setengahnya (Rp 10 juta) saat promo di Traveloka.
Jika ditawarkan kepada wisatawan Arab yang ingin mengunjungi Indonesia selama 40 hari, pasti banyak yang tertarik.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.