Artikel

Krisis Perusahaan Evergrande Berdampak Penurunan Berbagai Saham

Reportasee.com – krisis perusahaan Evergrande asal negara Tiongkok menyita perhatian publik dunia.

Mereka terancam mengalami kebangkrutan dan memicu gelombang protes yang berasal dari investornya.

Protes ini berlangsung di kantor pusat Evergrande kawasan Shenzhen China di hari Selasa lalu.

Para ahli sudah menyebutkan langkah perusahaan guna bertahan menjadi ujian besar bagi pemerintah China.

Perusahaan Evergrande harus membayar bunga terkait sejumlah pinjaman dari pihak bank.

Pembayaran bunga itu sendiri dengan jumlah lebih dari US $100 juta atau senilai 1,4 triliun rupiah.

Bunga yang menjadi salah satu krisis perusahaan Evergrande tersebut jatuh tempo tepat akhir minggu ini.

Potensi Krisis Perusahaan Evergrande, Indeks Hang Seng Jatuh

Kondisi krisis perusahaan Evergrande berpengaruh dengan penurunan indeks saham dalam acuan bursa kawasan Hong Kong.

Penurunan berlangsung pada perdagangan di hari Senin tanggal 20 September kemarin.

Salah satu alasannya karena mendapat sentiment negative terlebih tentang Evergrande yang terancam mengalami kebangkrutan.

Pada jam 11 siang, indeks Hang Seng anjlok lebih dari 1.000 poin atau senilai dengan pelemahan hingga 4,3 %.

Kekhawatiran mengenai kesehatan kondisi pasar properti di China mengakibatkan terjadinya panic selling.

Panic selling terjadi di sejumlah saham bursa utama kawasan Asia tersebut, mulai dari asuransi, property hingga bank.

Indeks property Hang Seng terjun bebas hingga sebesar 5,9 %.

Sedangkan harga saham Ping An Insurance yaitu asuransi terbesar berdasarkan kapitalisasi merosot sampai 7,3% di kawasan Hong Kong.

Data perdagangan jam 12,52 WIB, indeks Hang Seng merosot sampai 3,21 % pada level 22.122.

Nilai ini dengan koreksi satu bulan terakhir sebesar 3,9%.

Belum lama ini, media lokal menyebut otoritas perumahan kawasan China sudah memberitahukan kepada sejumlah bank.

Pemberitahuan ini tentang Evergrande tak akan mampu membayar besaran bunga pinjaman yang jatuh tempo 20 September kemarin.

Alasan ketidakmampuan tersebut lantaran kesulitan dalam bidang likuiditas.

Pihak Evergrande masih mengupayakan menempuh jalur berupa perpanjangan tenor pembayaran pada beberapa bank.

Tersebutkan perusahaan ini mempunyai kewajiban hingga US $305 miliar atau senilai dengan 4.361 triliun rupiah.

Kalau tak ada solusi, krisis perusahaan Evergrande menjadi risiko sistematik pada bidang keuangan negara China.

Belum Lepas Jeratan Hutang, Saham Evergrande Anjlok

Keadaan krisis perusahaan Evergrande tentunya berpengaruh langsung dengan nilai saham raksasa property Tiongkok tersebut.

Saham Evergrande merosot cukup tajam di hari Senin kemarin tepat 20 September.

Penurunan saham menjadi posisi terendah mereka dalam kurun waktu 11 tahun belakangan.

Merosotnya nilai saham Evergrande karena sentiment negatif dari pasar.

Kemunculan sentiment negative sebagai akibat dari kerugian Evergrande yang berulang.

Selain itu tenggat waktu pembayaran perusahaan dalam obligasi pada minggu ini.

Media setempat melaporkan, perusahaan sedang berusaha mengumpulkan dana.

Sehingga mereka dapat membayar utang pada investor, pemberi pinjaman serta pemasok.

Otoritas setempat juga memperingatkan tertundanya kewajiban membayar bisa memicu ketidakstabilan sistem keuangan.

Pada penutupan harga pasar, saham Evergrande turun hingga 10,2 persen di angka sebesar 2,28 Dolar Hongkong.

Ini terjadi usai harga saham Evergrande anjlok sebesar 19 persen menuju level terlemah sejak bulan Mei 2010 silam.

Unit manajemen bidang properti perusahaan Evergrande terus turun sebesar 11,3 persen.

Sementara unit mobil listrik turut mengalami penurunan sebesar 2,7 persen.

Serta saham perusahaan siaran film yakni Hang Ten juga anjlok sebesar 9,5 persen.

Perusahaan Hengten Net sendiri mayoritas pemilik sahamnya adalah Evergrande.

Direktur pelaksana setempat berpendapat saham Evergrande akan terus mengalami penurunan.

Hal ini lantaran belum terdapat solusi yang dapat membantu perusahaan mengurangi tekanan bidang likuiditasnya.

Sehingga masih ada banyak ketidakpastian mengenai nasib perusahaan kalau terjadi restrukturisasi.

Kington berkata harga saham Evergrande dapat jatuh di bawah 1 dolar Hongkong atau senilai Rp. 1829.

Terlebih kalau perusahaan terpaksa menjual sebagian besar asetnya dalam tahap restrukturisasi.

Salah satu pemberi nominal pinjaman utama Evergrande sudah menagih utang perusahaan. 

Hal inilah menjadikan krisis perusahaan Evergrande terus berlangsung.

Krisis Evergrande, Akankah Mengulang Kasus Lehman Brothers Dahulu?

Topik tentang krisis perusahaan Evergrande berupa lilitan utang menjadi pertanyaan tersendiri.

Di mana krisis tersebut akankah mengulangi momen kejatuhan seperti Lehman Brothers kian santer.

Ketakutan yang berkembang yaitu kehancuran Evergrande serta kerugian yang harus bank tanggung senilai US $350 miliar.

Kehancuran ini bisa memicu peristiwa penularan serupa dengan apa yang AS alami di bulan September tahun 2008 silam.

Hal tersebut menyebabkan keruntuhan bank investasi bernama Lehman Brothers.

Kewajiban perusahaan menyeluruh naik mendekati rekor CNY hingga 1,97 triliun atau US $305 miliar.

Terlebih akibat membengkaknya jumlah tagihan kepada pihak pemasok.

Sehingga kas ataupun setara kas jatuh ke kisaran level terendah selama enam tahun lamanya.

Media menghitung utang perusahaan Evergrande menyusut jadi CNY 572 miliar pada bulan Juni 2021.

Ini mengartikan nilainya turun sekitar 20% dari sebesar CNY 217 yuan di akhir tahun 2020 lalu.

Jika perbandingan dengan Maret lalu, utangnya sudah turun sebesar 15% dari angka CNY 674 miliar.

Akan tetapi utang dagang serta utang lainnya naik sebesar 15% dari enam bulan terakhir ke rekor sebesar CNY 951,1 miliar.

Keterkaitan perusahaan properti tersebut dalam ekonomi kawasan China sudah begitu dalam.

Konstruksi bidang perumahan sudah jadi mesin pertumbuhan ekonomi sekaligus penciptaan kekayaan individu.

Akan tetapi tumpukan utang sangat besar membuatnya rentan terhadap pasar properti lemah dan membuat krisis perusahaan Evergrande.

Harga Sejumlah Aset Kripto Melemah Dampak Krisis Evergrande

Dampak krisis perusahaan Evergrande juga terjadi pada keuangan lainnya.

Harga mata uang kripto sendiri mengalami kemerosotan cukup tajam.

Berdasarkan data terpercaya, kapitalisasi kripto secara global turun sebesar 1,77%.

Penurunan aset kripto berlangsung selama satu hari dan nilainya menjadi US $ 1,98 triliun.

Kondisi penurunan tersebut terjadi karena aksi jual sebab terdapat kekhawatiran terkait efek penularan keadaan China Evergrande Group.

Pada hari Senin lalu sampai jam 17.30  waktu Indonesia harga aset Bitcoin turun sebesar 6,61% jadi US $44.875.

Aset kripto lain ternyata turut mengalami penurunan serupa.

Misalnya Bitcoin Cash serta Ethereum yang masing-masing turun sebesar 9,89% serta 7,82%.

Mengutip sumber terpercaya, pasar saham global ikut turun pada hari Senin lantaran investor mempertimbangkan terkait efek utang Evergrande.

Bahkan perusahaan terancam bangkrut serta menyatakan tak dapat membayar bunga pinjaman jatuh tempo.

Para pelaku pasar khawatir atas kondisi ini dapat membuat resiko sistematik pada sektor keuangan setempat.

Sebelumnya dua lembaga yakni S&P serta Fitch Ratings sudah memangkas posisi utang perusahaan Evergrande.

S&P menurunkan posisi utang Evergrande awalnya CC jadi CCC dengan outlook jenis negative.

Sementara Fitch turut menurunkan rating Evergrande yang mulanya CC jadi CCC+.

Selain itu para pelaku pasar aset kripto menantikan pula pertemuan Federal Reserve yang berlangsung minggu ini.

Mereka juga berharap krisis perusahaan Evergrande bisa segera teratasi.


Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Back to top button