Wilayah Israel utara kini menjadi arena ketegangan luar biasa akibat serangan intensif yang dilancarkan oleh Hizbullah, kelompok perlawanan asal Lebanon.
Media Israel, Yedioth Ahronoth, menggambarkan situasi di kawasan tersebut sebagai “mimpi buruk tak berujung,” dengan pemukim yang terus hidup dalam ketakutan dan frustrasi yang mendalam.
Ketakutan yang Mencekam di Tengah Serangan Hizbullah
Serangan tanpa henti, berupa peluncuran roket dan drone, telah mengubah kehidupan sehari-hari pemukim di al-Jalil Barat, Nahariya, Akka, Krayot, hingga Carmel menjadi sangat sulit.
Pada Jumat (22/11/2024) malam, sebuah drone Hizbullah yang terbang selama satu jam memaksa puluhan ribu warga Israel utara untuk berlindung di tempat penampungan darurat.
Seorang pemukim di Nahariya mengungkapkan dampak emosional yang mereka alami, termasuk trauma yang kini bahkan dirasakan oleh hewan peliharaan mereka. “Bahkan anjing-anjing pun sekarang secara naluriah berlari ke tempat penampungan,” ujarnya dengan nada getir.
Kehidupan di Tempat Penampungan: Antara Frustrasi dan Keputusasaan
Kehidupan di tempat penampungan yang sempit dan serba terbatas menjadi tantangan tersendiri bagi para pemukim.
Wartawan Yedioth Ahronoth, Roi Karis, mencatat bagaimana tekanan mental semakin meningkat di tengah ketidakpastian kapan serangan ini akan berakhir. Para pemukim mengaku merasa terisolasi, kelelahan, dan mulai kehilangan harapan.
Beberapa kota besar di Israel utara, seperti Haifa, bahkan tampak kosong akibat serangan tersebut.
Rumah Sakit Rambam di Haifa terpaksa memindahkan semua operasionalnya ke garasi bawah tanah untuk menghindari dampak serangan.
Aktivitas belajar mengajar juga dihentikan oleh otoritas setempat.
Serangan Terbesar Sejak Konflik Dimulai
Serangan yang dilancarkan Hizbullah baru-baru ini termasuk yang paling intensif sejak dimulainya konflik pada 8 Oktober 2024.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaporkan bahwa pada Jumat malam, sekitar 90 roket ditembakkan ke arah utara dalam waktu hanya 40 menit.
Sebagian besar roket ini diluncurkan dari perbatasan yang sebelumnya diklaim telah “dibersihkan” oleh pasukan Israel.
Media Israel mencatat bahwa jumlah roket yang ditembakkan ke kota Haifa termasuk yang tertinggi sepanjang konflik ini.
Serangan tersebut membuat jalan-jalan utama di Haifa kosong dari pemukim, memicu suasana kota mati yang menambah kesan mencekam di wilayah tersebut.
Pemukim Menuntut Kepastian dan Keamanan
Ketidakpastian mengenai kapan serangan akan berakhir membuat banyak pemukim merasa frustrasi dan marah.
Meski ada laporan tentang progres gencatan senjata, serangan-serangan terbaru ini justru semakin meningkatkan ketegangan di wilayah utara.
Seorang warga Nahariya menggambarkan kondisi mereka sebagai rutinitas yang tak tertahankan. “Kami hanya ingin merasa aman di rumah kami sendiri,” ujarnya, mencerminkan keputusasaan yang dirasakan banyak pemukim lainnya.
Serangan yang Mengubah Wajah Wilayah Utara
Serangan Hizbullah telah membawa dampak yang signifikan pada kehidupan sehari-hari di Israel utara, dari trauma warga hingga lumpuhnya aktivitas ekonomi dan sosial.
Sementara itu, Hizbullah terus meningkatkan intensitas serangan mereka, menunjukkan bahwa konflik ini masih jauh dari selesai.
Di tengah situasi yang semakin rumit, kebutuhan akan solusi damai semakin mendesak.
Namun, hingga saat ini, bayangan perdamaian masih tampak samar di cakrawala, meninggalkan penduduk di kedua sisi konflik dalam ketidakpastian yang terus berlanjut.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.