Reportasee.com – Kemensos Risma saat ini tengah menjadi perbincangan hangat khususnya di kalangan warganet.
Bahkan nama Menteri Sosial Tri Rismaharini menjadi pembicaraan di sosial media dan trending di Twitter.
Hal ini lantaran penyandang disabilitas mengkritik Risma karena memaksa seorang penyandang tunarungu bicara.
Kejadian tersebut berlangsung tepat di peringatan Hari Disabilitas Internasional di kantor Kemensos Rabu lalu.
Dalam sebuah video singkat di Twitter, terlihat Risma meminta anak itu untuk berbicara.
Tampak pula Risma menyodorkan mikrofon tepat ke depan mulut anak tersebut.
Tindakan Kemensos ini sontak menuai protes dari seorang anak rungu wicara lainnya.
Anak tersebut bernama Stefanus yaitu perwakilan dari Gerkatin atau Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia.
Di atas panggung itu, Stefanus menyampaikan protesnya kepada Kemensos Risma.
Stefanus berkata bahwasannya anak tuli itu harus memakai alat bantu dengar namun tidak untuk ia paksa bicara.
Ia juga mengaku mengaku kaget ketika melihat Risma memaksa penyandang rungu wicara untuk berbicara.
Karena biasanya para penyandang rungu wicara berbicara menggunakan bahasa isyarat.
Kata Stefanus, karakter anak penyandang tuli bermacam-macam.
Sehingga ada anak yang bicaranya kurang jelas dan ada pula yang memang sudah tuli sejak kecil.
Kejadian ini berawal saat Kemensos Risma melihat lukisan pohon hasil karya anak rungu bicara.
Di atas panggung tersebut, Risma meminta anak itu bicara namun tidak memakai alat.
Lantas Risma menyodorkan mikrofon ke mulut anak itu, lalu setelah sekian menit sang anak tetap tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.
Tak berselang lama, Stefanus mengajuka diri untuk turut naik ke atas panggung untuk menyuarakan protesnya.
Penjelasan Kemensos Risma Tentang Permintaan Penyandang Tuli Bicara
Setelah kejadian ini viral, Kemensos Risma pun menanggapi kejadian dalam video tersebut.
Menteri Sosial mengklaim bahwa ia tak berniat memaksa anak penyandang tuli itu berbicara di peringatan HDI 2021.
Hal itu ia sampaikan setelah mengikuti rangkaian peringatan HDI pada hari kedua di Kompleks Kemensos Kamis kemarin.
Risma mengatakan bahwa ia tak ada niat untuk memaksa dan tidak ada tujuan jika ia memaksa.
Dia menuturkan hanya ingin mengetes terkait alat bantu dengar yang Kemensos berikan, juga ingin melatih mereka terbiasa berbicara.
Ia mengatakan ingin tahu apakah alat bantu tersebut dapat berfungsi dengan maksimal di anak penyandang rungu bicara atau tidak.
Selain itu Risma mengatakan ingin mengetahui apakah sebenarnya anak itu memang tunarungu, tunawicara atau keduanya.
Risma juga menuturkan jika menginginkan seorang penyandang tuli tetap dapat berdaya ketika mereka tengah dalam keadaan bahaya.
Sebab saat masih menjadi seorang Wali Kota Surabaya, Kemensos Risma menemukan sejumlah kasus yang penyandang tuli alami.
Di mana penyandang tuli tersebut ada yang menjadi korban pemerkosaan kala itu.
Ada pula kasus lain penyandang tuli yang tenggelam ketika bencana banjir lantaran tak dapat bersuara untuk meminta tolong.
Ia mengaku kasus itu yang membuatnya sedih dan membuat anak tuli tersebut untuk berbicara minimal dapat mengatakan tolong.
Risma menegaskan baginya, ketika dalam kondisi terdesak ia dapat melakukan sesuatu untuk pengamanan dirinya sendiri.
Itulah yang paling penting bagi Kemensos Risma sehingga tak ada niat untuk maksa-maksa penyandang tuli berbicara.
Kendati demikian nama Tri Rismaharini masih menjadi topik pembicaraan di kalangan warganet dalam media sosial Twitter.
Beberapa di antara warganet ada yang melontarkan kritik pula untuk Risma dan ada pula yang sebaliknya.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.