Ahmed al-Louh, seorang juru kamera Al Jazeera, tewas dalam serangan udara terbaru yang dilancarkan militer Israel di Jalur Gaza.
Serangan tersebut menghantam Kamp Pengungsi Nuseirat di Gaza Tengah, meninggalkan jejak duka mendalam bagi dunia jurnalistik dan mereka yang bekerja untuk menyampaikan kebenaran dari wilayah konflik.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh Al Jazeera pada Minggu (16/12/2024), Ahmed al-Louh gugur ketika sedang menjalankan tugasnya di lapangan.
“Ahmed al-Louh, jurnalis kami, tewas hari ini dalam serangan Israel di Kamp Nuseirat,” demikian pernyataan resmi Al Jazeera, dilansir oleh AFP.
Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, mengonfirmasi bahwa Louh tewas akibat serangan yang langsung menyasar situs pertahanan sipil di kamp tersebut.
Ia menyebutkan bahwa sebuah pesawat tempur Israel menjadi pelaku utama serangan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di antara warga sipil dan pekerja kemanusiaan.
Tragedi ini menambah panjang daftar korban jiwa di kalangan jurnalis sejak perang antara Israel dan Hamas meletus pada 7 Oktober 2023.
Ahmed al-Louh menjadi jurnalis kelima dari Al Jazeera yang kehilangan nyawa dalam konflik ini, menegaskan bahaya luar biasa yang dihadapi oleh pekerja media dalam melaporkan realitas dari medan perang.
Al Jazeera telah lama menjadi saksi mata langsung konflik di Gaza. Namun, keberanian mereka menyiarkan laporan dari lapangan kerap membuat mereka menjadi sasaran kontroversi.
Pemerintah Israel berulang kali menuduh Al Jazeera memiliki hubungan dengan Hamas—tudingan yang selalu dibantah keras oleh pihak Al Jazeera.
Saluran berita global ini menuduh Israel melakukan serangan sistematis terhadap kebebasan pers dengan terus menargetkan jurnalis mereka.
Bahkan sebelum konflik tahun ini memanas, ketegangan antara Al Jazeera dan pemerintah Israel telah terjadi.
Pada September lalu, pasukan Israel menggerebek kantor Al Jazeera di Ramallah, Tepi Barat, dengan alasan bahwa biro tersebut digunakan untuk “menghasut terorisme”—klaim yang juga dibantah oleh Al Jazeera.
Dalam pernyataan terbaru, Al Jazeera mengecam pembunuhan Ahmed al-Louh dan menyebutnya sebagai “tindakan kriminal yang melanggar kebebasan pers.”
Pernyataan itu memperingatkan bahwa serangan terhadap jurnalis adalah ancaman serius terhadap hak publik untuk mendapatkan informasi independen dari zona konflik.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang berbasis di New York juga menyampaikan keprihatinan mendalam.
Menurut data awal mereka, sejak dimulainya konflik Israel-Hamas pada Oktober 2023, setidaknya 137 jurnalis dan pekerja media telah tewas di Gaza, Tepi Barat, Israel, dan Lebanon.
Jumlah ini mencerminkan skala korban jiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah konflik di kawasan tersebut.
Kematian Ahmed al-Louh menjadi pengingat menyakitkan akan risiko besar yang dihadapi oleh jurnalis di zona perang.
Di tengah derasnya hujan bom dan bara konflik, mereka terus bekerja untuk memberikan suara bagi mereka yang terpinggirkan dan menyampaikan kebenaran yang sering kali terbungkam oleh dentuman senjata.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.