Indonesia semakin mengintensifkan upayanya untuk mengeliminasi kanker leher rahim melalui peluncuran program percontohan skrining berbasis self-sampling HPV DNA.
Program ini diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bekerja sama dengan Roche Indonesia, Bio Farma, dan USAID MOMENTUM.
Sebagai bagian dari integrasi layanan kesehatan primer, program ini diharapkan dapat memperluas akses skrining dan mendukung pemerataan layanan kesehatan di seluruh Indonesia.
Pendekatan Baru untuk Meningkatkan Akses Skrining
Mengadopsi metode self-sampling dan konsep hub and spoke, program ini dirancang untuk menjawab tantangan geografis dan keterbatasan tenaga kesehatan di berbagai wilayah.
Self-sampling memungkinkan perempuan mengambil sampel sendiri, sementara model hub and spoke mengoptimalkan pelaksanaan skrining di daerah dengan jumlah populasi yang beragam.
Fasilitas kesehatan dengan populasi besar menggunakan instrumen otomatis (hub), sementara daerah dengan populasi kecil memanfaatkan sistem manual (spoke).
“Masih banyak perempuan yang belum mendapatkan akses skrining memadai. Pendekatan ini mendukung deteksi dini kanker leher rahim yang penting untuk menurunkan angka kematian,” ungkap dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes.
Target Eliminasi Kanker Leher Rahim 2030
Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian tertinggi kedua pada perempuan di Indonesia, dengan 36.633 kasus dilaporkan pada 2021 (Profil Kesehatan Indonesia 2021).
Kemenkes telah menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk eliminasi kanker leher rahim dengan target 90:70:90 pada 2030, yakni:
- 90% anak perempuan mendapatkan vaksinasi HPV.
- 70% perempuan usia 35–45 tahun menjalani skrining.
- 90% pasien kanker leher rahim menerima pengobatan yang memadai.
Program Percontohan di Jawa Timur
Sebagai langkah awal, program ini dilaksanakan di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.
Targetnya adalah menyasar 5.500 perempuan di wilayah perkotaan Surabaya dan 1.300 perempuan di pedesaan Sidoarjo, dengan fokus pada wanita usia 30–69 tahun.
USAID MOMENTUM mendukung program ini sebagai bagian dari penguatan layanan kesehatan primer di 66 kabupaten di lima provinsi.
Maryjane Lacoste, Chief of Party USAID MOMENTUM, menyampaikan bahwa program ini mencakup pelatihan tenaga kesehatan, mobilisasi masyarakat, serta pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi. “Kami berharap inisiatif ini menjadi langkah penting dalam mencapai skrining nasional yang efektif dan efisien,” ujarnya.
Kolaborasi Berbasis Bukti dan Teknologi
Roche Indonesia menyediakan instrumen cobas 5800 dengan 6.500 alat tes untuk mendukung pendekatan self-sampling, sementara Bio Farma menyuplai 1.300 cerviscan kits untuk deteksi HPV berisiko tinggi.
Konsep hub dan spoke memastikan fleksibilitas dalam pelaksanaan skrining sesuai kebutuhan wilayah.
Director Diagnostics Division PT Roche Indonesia, Lee Poh Seng, menyatakan, “Pendekatan ini bertujuan memperluas akses dan kualitas layanan skrining, sehingga perempuan di seluruh Indonesia dapat melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Kami percaya bahwa kerja sama lintas sektor sangat penting untuk mencapai target nasional.”
Menuju Masa Depan Bebas Kanker Leher Rahim
Dengan inovasi teknologi, pelibatan masyarakat, dan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, Indonesia semakin dekat untuk mewujudkan eliminasi kanker leher rahim.
Program ini diharapkan tidak hanya mempercepat pencapaian target nasional tetapi juga meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini.
Keberhasilan program ini dapat menjadi model untuk pengembangan layanan kesehatan primer di masa depan.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.