PT Indofarma Tbk (INAF), salah satu perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia, tengah mengambil langkah besar untuk mengatasi tekanan keuangan yang kian membebani.
Dalam pengumuman terbaru melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (12/12), Indofarma mengungkapkan rencananya untuk menjual aset perseroan dengan nilai lebih dari 50% dari total kekayaan bersih perusahaan.
Langkah ini memunculkan berbagai spekulasi di kalangan pelaku pasar terkait kondisi keuangan perusahaan yang sedang tidak stabil.
Gambaran Keuangan Indofarma
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2024, Indofarma mencatat total aset sebesar Rp758 miliar.
Dari jumlah tersebut, aset tidak lancar mendominasi dengan nilai Rp549,48 miliar, sedangkan aset lancar hanya mencapai Rp208,94 miliar. Namun, tekanan utama datang dari sisi liabilitas.
Total kewajiban perusahaan membengkak menjadi Rp1,73 triliun, terdiri atas liabilitas jangka pendek sebesar Rp1,42 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp308,84 miliar.
Ketimpangan ini terlihat jelas, di mana liabilitas jangka pendek Indofarma jauh melampaui aset lancarnya hingga enam kali lipat.
Beban terbesar dalam liabilitas tersebut berasal dari pinjaman pemegang saham dan kewajiban imbalan kerja jangka pendek.
Akibatnya, per 30 September 2024, perusahaan mencatat defisiensi modal sebesar Rp970,63 miliar, yang menggambarkan situasi keuangan yang genting.
Selain itu, Indofarma juga menghadapi tantangan dari sisi operasional.
Arus kas operasional tercatat negatif, dengan rugi sebesar Rp55,65 miliar, sementara kas dan setara kas mengalami penurunan hingga 27,17 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Situasi ini memaksa perusahaan untuk segera mencari solusi guna menjaga kelangsungan bisnisnya.
Tujuan Penjualan Aset
Dalam keterbukaan informasi, manajemen Indofarma menjelaskan bahwa hasil dari penjualan aset ini akan difokuskan untuk membayar berbagai kewajiban yang telah menumpuk.
“Dana tersebut akan digunakan untuk biaya rightsizing karyawan, modal kerja, dan pembayaran kepada kreditur,” ungkap Direksi INAF.
Rightsizing karyawan di sini merujuk pada langkah efisiensi tenaga kerja, yang bertujuan untuk menyesuaikan struktur organisasi dengan kebutuhan bisnis yang baru.
Langkah ini dianggap sebagai upaya penyelamatan untuk menyeimbangkan neraca keuangan perusahaan sekaligus mengurangi beban operasional yang selama ini membayangi.
Namun, keputusan untuk menjual aset dalam skala besar seperti ini juga menimbulkan pertanyaan di kalangan investor dan analis mengenai prospek jangka panjang Indofarma.
Tantangan dan Harapan
Keputusan Indofarma untuk merombak struktur aset dan liabilitas mencerminkan tantangan besar yang dihadapi industri farmasi dalam negeri, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kompetisi pasar yang semakin ketat.
Meski demikian, langkah ini juga menunjukkan komitmen perusahaan untuk bertahan dan kembali ke jalur yang lebih stabil secara finansial.
Dengan alokasi hasil penjualan yang tepat, Indofarma berharap dapat mengatasi tekanan likuiditas, meningkatkan efisiensi operasional, dan mempersiapkan perusahaan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Hasil dari langkah ini akan menjadi ujian bagi manajemen dalam membangun kembali kepercayaan investor serta menjaga keberlanjutan bisnis perusahaan.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.