Pemerintah Indonesia baru-baru ini mengumumkan kebijakan baru yang memberikan insentif untuk kendaraan berteknologi hybrid, termasuk mobil hybrid yang menggunakan sistem gabungan antara mesin bensin dan motor listrik.
Keputusan ini diambil sebagai langkah untuk mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan di tengah upaya global untuk mengurangi emisi karbon.
Meskipun kebijakan ini memberikan peluang bagi industri otomotif hybrid, PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) menyatakan bahwa fokus utama mereka tetap pada pengembangan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV).
Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer HMID, menegaskan bahwa keputusan pemerintah tersebut sejalan dengan komitmen Hyundai untuk mempercepat transisi menuju net-zero emission (NZE) pada tahun 2060 mendatang.
“Kami sangat menghargai segala kebijakan dan peraturan yang dibuat pemerintah untuk mendukung perkembangan industri otomotif yang lebih ramah lingkungan,” kata Fransiscus dalam wawancara dengan Kompas.com, Senin (16/12/2024).
Meski kebijakan insentif ini ditujukan untuk kendaraan hybrid, Hyundai tetap berkomitmen pada strategi jangka panjang mereka dalam menghadirkan kendaraan listrik berbasis baterai di pasar Indonesia.
“Kami tetap fokus pada pengembangan mobil listrik BEV yang ramah lingkungan, karena itu adalah prioritas utama kami,” tambah Frans.
Menurutnya, investasi yang dilakukan oleh Hyundai di sektor mobil listrik tidak hanya terbatas pada produk kendaraan saja, tetapi juga mencakup seluruh ekosistem mobil listrik yang lebih luas, termasuk infrastruktur pendukung.
Hyundai, yang telah memproduksi mobil hybrid seperti Santa Fe dan Tucson di Indonesia, akan terus memperkuat posisinya di pasar dengan fokus pada pengembangan kendaraan listrik murni (BEV).
Meskipun demikian, perusahaan asal Korea Selatan ini juga berharap bahwa pemerintah Indonesia akan terus memberikan dukungan bagi upaya mereka dalam mengembangkan industri otomotif lokal melalui investasi berkelanjutan.
Dalam hal ini, Hyundai Motor Group tercatat sebagai pabrikan otomotif pertama yang berkomitmen untuk melakukan investasi besar-besaran di Indonesia.
Hyundai berencana untuk menggelontorkan dana sebesar 9,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 142 triliun) untuk membangun fasilitas pabrik kendaraan listrik yang terintegrasi di Indonesia.
Investasi ini mencakup berbagai sektor, mulai dari pertambangan (850 juta dolar AS), pengolahan bahan baku (4 miliar dolar AS), hingga produksi sel baterai (3,2 miliar dolar AS).
“Jadi, jika dihitung dengan pabrik mobilnya, total investasi Hyundai bisa mencapai sekitar 11-12 miliar dolar AS, yang setara dengan sekitar Rp 160 triliun,” kata Bahlil Lahadalia, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Dengan komitmen investasi tersebut, Indonesia kini memasuki babak baru dalam industri kendaraan listrik, menjadikannya sebagai pemain utama dalam pengembangan mobil listrik di Asia Tenggara.
Bahlil Lahadalia juga menegaskan, “Indonesia adalah negara pertama yang melakukan investasi dari hulu hingga hilir dalam industri kendaraan listrik, mulai dari produksi baterai hingga kendaraan itu sendiri.”
Dengan langkah ini, Indonesia semakin dekat dengan tujuannya untuk menjadi kekuatan besar dalam industri kendaraan listrik global.
Hyundai berharap bahwa melalui investasi besar ini, Indonesia dapat menjadi salah satu pemain kunci dalam industri kendaraan listrik, memberikan manfaat besar tidak hanya untuk industri otomotif, tetapi juga untuk ekonomi dan lingkungan hidup secara keseluruhan.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.