Baru-baru ini beredar berita tentang seorang mantan atlet bola voli nasional.
Pemain voli kelahiran Tahuna Sulawesi Utara 27 April 1992 bernama lengkap Aprilia Manganang ini, sekarang bertugas di TNI AD.
Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa, menyatakan bahwa Aprilia Manganang adalah laki-laki sejati.
Dia juga menjelaskan bahwa prajurit TNI AD ini menderita penyakit yang bernama Hipospadia.
Hipospadia adalah sebuah kelainan medis, dan bukan aib.
Sehingga jika ada yang terkena kelainan ini, mohon untuk lebih buka mata lagi secara rasional.
Jangan ada hujatan yang tidak ilmiah dan serampangan.
Ini bukanlah penyakit kutukan atau aib yang memalukan.
Kondisi seperti ini bisa saja terjadi pada siapa saja.
Saat ini Aprilia Manganang telah menjalani operasi korektif di rumah sakit RSPAD Gatot Subroto Jakarta dan tengah dalam masa pemulihan.
Jenderal TNI Andika Perkasa pun membantu dalam proses pengobatan ini agar terlaksana dengan baik dan sempurna.
Demikian pula pihak TNI tempatnya mengabdi sejak tahun 2016 silam kerap kali memberikan support baginya.
Hipospadia, Penyakit Langka di Masyarakat
Sebagai edukasi, hipospadia adalah sebuah penyakit langka yang jarang ada di tengah masyarakat.
Kondisi ini terjadi biasanya pada keluarga dengan riwayat yang sama.
Hipospadia adalah sebuah kelainan bentuk alat kelamin laki-laki yang tidak seperti bentuk normalnya.
Jika dalam kondisi normal, uretra atau lubang pipis laki-laki berada tepat di ujung penis, maka penderita hipospadia lubang ini terletak di bagian bawah penis.
Untuk beberapa kasus hipospadia ini ada tingkatan keparahannya.
Ada yang tingkatnya rendah misalnya lubang pipis berada di bagian penis bagian bawah yang letaknya tidak terlalu jauh dari ujung.
Sementara ada pula yang berada di tengah-tengah penis.
Lalu kemudian yang tingkatannya lebih parah sehingga uretra tersebut berada di sekitar buah zakar.
Kondisi seperti ini menyebabkan bentuk penis menjadi bengkok atau malah tidak terlihat seperti penis.
Apalagi kalau uretra berada di antara buah zakar.
Jadi bentuknya lebih mirip seperti alat kelamin perempuan.
Gejala Hipospadia
Jika pada hipospadia ringan, terkadang tidak ada masalah yang spesifik yang timbul.
Hal ini juga menyebabkan penanganannya tidak memerlukan operasi besar.
Namun pada kondisi yang lebih berat ada berbagai gejala yang bisa kita perhatikan bahkan sejak bayi lahir.
- Saat buang air kecil, seringkali percikan urine tidak lurus dan kemana-mana
- Bentuk alat kelamin tidak normal, bisa bengkok atau mungkin tidak muncul
- Kulup penis tertutup
- Gangguan ejakulasi dan reproduksi
- Daya tahan tubuh terganggu
Penyebab Hipospadia
Sebenarnya penyebab pastinya kenapa kondisi hipospadia ini masih dalam penelitian medis yang lebih serius.
Namun ada beberapa teori yang mengatakan bahwa kelainan hipospadia ini berasal dari berbagai sumber.
- Saat hamil terpapar asap rokok
- Konsumsi alkohol saat hamil
- Terpapar zat desinfektan berlebihan baik tertelan maupun terhirup
- Malnutrisi
- Hormon saat dalam masa proses kesuburan dan kehamilan
- Riwayat keluarga dengan hipospadia
Pencegahan Hipospadia
Ada beberapa rekomendasi yang bisa kita jadikan acuan agar tetap menjaga kondisi dalam keadaan sehat baik selagi hamil ataupun tidak.
Berikut adalah cara-cara pencegahan agar meminimalkan terkena penyakit hipospadia.
- Hindari asap rokok baik secara aktif maupun pasif
- Jauhi konsumsi alkohol
- Bila saat hamil, sebaiknya hindari berdekatan dengan area pabrik yang mungkin mengeluarkan polusi zat-zat kimia
- Pola hidup sehat baik secara fisik maupun mental
- Olahraga dan istirahat secara teratur
- Asupan gizi yang cukup dan adekuat
- Konsultasikan dengan ahlinya bila sedang dalam menjalani perawatan medis
- Hindari konsumsi obat-obatan terlarang
Pengobatan Hipospadia
Ada beberapa hal yang bisa tenaga kesehatans lakukan untuk mengatasi dan mengobati penderita hipospadia.
Yang paling dapat mengoreksi kondisi ini adalah tindakan operasi.
Tentu saja setelah melakukan berbagai macam prosedur dan pemeriksaan.
Ada beberapa kasus yang mengharuskan penderita hipospadia ini menjalani operasi sampai beberapa kali.
Hal ini memang berdasarkan tingkat keparahan dan bentuk alat kelamin yang bersangkutan.
Namun ada juga pasien hipospadia yang tidak perlu menjalani Tindakan operasi sehubungan dengan kondisi yang sangat ringan.
Sebaiknya jika akan melakukan sunat, tunggu sampai operasi koreksi selesai.
Hal ini biasanya dengan pertimbangan agar operasinya mencakup dua hal yaitu koreksi hipospadia dan sunat juga.
Mengingat masalah biaya dan juga kesakitan penderita agar tidak berulang-ulang.
Hipospadia Murni Penyakit, Bukan Aib
Aprilia Manganang bukanlah satu-satunya penderita hipospadia di Indonesia.
Ada banyak anak-anak lain yang juga mengalami hal yang sama.
Bahkan ada juga komunitas para orang tua yang anaknya mengalami hal ini.
Di dalam komunitas tersebut, para orang tua saling menguatkan, saling memberi dukungan dan juga informasi terkait hipospadia.
Ada sebuah kisah tentang sepasang orang tua yang berjuang saat mendapati kedua anak laki-lakinya menderita penyakit ini.
Saat kelahiran anak pertama, sejak lahir dokter sudah menjelaskan bahwa ada suatu masalah di bagian genital putranya.
Di usia yang masih sangat belia sekitar dua bulan, sang anak harus menjalani operasi yang pertama.
Tidak terbayang rasa apa yang orang tuanya rasakan.
Operasi kedua selanjutnya pada usia sekitar setahun.
Berkat kecermatan dokter yang merawat dan ketabahan orang tua, sang anak berhasil sehat seperti sedia kala.
Perlu Masyarakat Tahu
Namun malang tak dapat ditolak.Di saat kelahiran anak kedua yang juga laki-laki, hal ini kembali terjadi.
Si adik menderita penyakit yang sama dengan sang kakak.
Jadi pada saat buang air kecil, air seni keluar merembes ke bawah seperti anak perempuan.
Uretra si anak terdapat di bagian bawah batang penis.
Dengan kecermatan petugas medis pulalah hal ini dapat segera terdeteksi.
Biasanya para orang tua yang awam akan hal ini, berusaha untuk menyembunyikan kondisi si anak pada saat lahir.
Banyak yang beranggapan bahwa kondisi ini adalah sebuah aib yang wajib tidak ada yang boleh mengetahuinya.
Padahal anggapan seperti ini salah besar.
Karena pihak medis dan keluarga yang seharusnya memberikan bantuan sesegera mungkin menjadi terhambat dengan kepicikan pola piker tadi.
Apa jadinya jika seorang anak laki-laki sebenarnya harus mendapatkan identitas yang sebenarnya bukanlah dirinya.
Lain hal nya jika memang orang tua yang benar-benar tidak paham dan karena ketidakberdayaan biaya operasi.
Terkait dengan identitas barunya, Serda Aprilia Manganang sangat bersyukur akan kondisinya saat ini.
Dia sangat berterimakasih kepada Jenderal TNI Andika Perkasa yang telah berupaya mengusahakan kondisi kesehatannya itu.
Bahkan terkait beberapa isu mengenai kemungkinan akan adanya protes dari pihak penyelenggara kejuaraan olah raga voli yang pernah menganggkat nama Indonesia.
Pihak KOI (Komite Olimpiade Indonesia) melalui Ketuanya, Raja Sapta Oktohari, siap pasang badan untuk mengatasi masalah status baru Aprilia Manganang.
Kembali kepada seluruh masyarakat, untuk dapat lebih aware akan adanya jenis penyakit ini.
Untuk keluarga yang mengalaminya segeralah konsultasikan kondisi ini ke petugas medis.
Bagi yang beruntung tidak mengalaminya, cukuplah bertindak bijak untuk tidak menghujat atau melontarkan kata-kata yang unfaedah.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.