Pengunduran diri Gus Miftah dari posisi strategis sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan membuka ruang bagi munculnya figur baru yang dinilai mampu mengemban tugas besar tersebut.
Salah satu nama yang kini mencuat ke permukaan adalah Gus Farkhan Evendi, Ketua Umum Majelis Roiyah Indonesia (MRI).
Figur Muda yang Berwawasan Luas
Menurut Ustad H. Hakim Muzayyan, Wakil Ketua Jatman (Jam’iyah Thoriqoh Mu’tabaroh Annahdliyah) DKI Jakarta, Gus Farkhan merupakan sosok muda yang memiliki pemahaman mendalam terkait isu kerukunan umat beragama dan keagamaan secara umum.
Dalam konteks Indonesia sebagai negara multikultural dengan ribuan suku dan berbagai agama, Gus Farkhan dianggap memiliki kompetensi untuk menjembatani keragaman tersebut.
“NKRI ini seperti surga yang diturunkan Allah SWT ke bumi. Untuk menjaga keharmonisan dan kerukunan, dibutuhkan figur yang matang dalam ilmu sosial, hubungan bermasyarakat, serta memiliki pemahaman agama yang mendalam,” ujar Hakim.
Membangun Harmoni di Tengah Keragaman
Indonesia, dengan segala keistimewaan budayanya, memerlukan sosok pemimpin yang tidak hanya memahami kompleksitas masyarakat, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyatukan perbedaan.
Dalam pandangan Hakim, Gus Farkhan memenuhi kriteria tersebut karena kepribadiannya yang matang, rekam jejaknya yang baik, dan kedekatannya dengan para ulama serta tokoh agama di tingkat nasional.
“Beliau dikenal sebagai tokoh muda yang memiliki budi pekerti luhur, namun tetap tegas dalam prinsipnya. Gus Farkhan juga selalu menjaga kedekatannya dengan para kiai dan ulama, sehingga sangat memahami dinamika kehidupan beragama di Indonesia,” lanjut Hakim, yang juga menjabat sebagai Sekretaris PCNU Depok.
Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat
Pengunduran diri Gus Miftah tak terlepas dari kritik publik yang meluas terhadap pernyataannya.
Menurut Hakim, hal ini menjadi refleksi atas semakin tingginya ekspektasi masyarakat terhadap adab dan sikap para pemimpin.
Oleh karena itu, figur pengganti Gus Miftah haruslah seseorang yang tidak hanya memiliki kompetensi, tetapi juga akhlak mulia dan rasa tanggung jawab yang besar.
“Bukan hanya soal kemampuan teknis, tapi juga soal integritas dan moralitas. Tugas ini sangat strategis dan tidak bisa diberikan kepada orang sembarangan,” tambah Hakim.
Gus Farkhan, dengan kombinasi wawasan keagamaan, kedewasaan, dan kemampuan menjalin hubungan dengan berbagai pihak, dinilai menjadi figur yang tepat untuk mengisi posisi penting ini.
Sebagai tokoh muda yang berpengalaman, ia memiliki potensi besar untuk melanjutkan upaya membangun kerukunan dan harmoni di tengah keragaman Indonesia.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.