ReportaseeJATENG.com – Google doodle pada tanggal 31 Juli 2021 menampilkan salah satu tokoh nasional atau seorang novelis pertama yang bernama Sariamin.
Google sering kali menggunakan doodle tema tertentu untuk turut berpartisipasi dalam sebuah perayaan atau peringatan kepada masyarakat.
Penggunaan tema doodle hari ini sebagai bentuk apresiasi sertauntuk merayakan ulang tahun Sariamin yang ke 112 tahun.
Dalam ilustrasi doodle Sariamin Ismail mengenakan pakaian adat Minangkabau berwarna merah muda.
Selain itu dalam ilustrasi tersebut juga sosok Sariamin tengah menulis pada setumpuk kertas yang menggambarkan sebagai novelis.
Mungkin banyak masyarakat yang mulai melupakan sosok perempuan sastra pertama ini sehingga perlu untuk mengenalnya kembali.
Seputar Biografi Sariamin Ismail
Siapa sosok Sariamin Ismail itu? Tentu pertanyaan yang akan muncul dalam benak setiaporang ketika membuka Google.
Pasalnya banyak toko nasional tanah air yang mulai terlupakan oleh generasi muda bahkan tidak mengenalnya.
Lahir pada tanggal 31 Juli 1909 di Talu, Pasaman, Sumatra Barat, Sariamin memiliki nama asli Basariah saat kecil.
Namun Basariah kecil sering jatuh sakit sehingga kedua orang tua mengganti namanya menjadi Sari Amin.
Akan tetapi nama yang semula terdiri dari dua kata kemudian bergabung menjadi satu kata yaitu Sariamin.
Keinginan untuk penggabungan nama tersebut bersumber dari jiwa seni Selasih yang ada dalam diri Sariamin.
Sedangkan nama belakang Ismail merupakan sebuah nama tambahan dari yang suami setelah menikah.
Sosok novelis Sariamin yang tampil pada Google doodle hari ini menikah dengan Ismail pada tahun 1941.
Saat itu Ismail merupakan salah satu seorang pembela perkara atau pokrol di Landraad dan di tempat tersebut mereka bertemu.
Bermula dari Sariamin yang harus berurusan sebanyak tiga kali dengan Polisi Rahasia Belanda (PID).
Sariamin memiliki hobi menulis sejak berusia sebelas setengah tahun dengan menulis buku harian yang bernama Mijn Vriendin.
Dalam buku tersebut sebagai tempat untuk mencurahkan segala kesedihan karena tidak memiliki banyak teman.
Sariamin mengenyam pendidikan di Meisjes Normaal School, namun ia berasal dari kampung kecil serta tidak cantik.
Kesedihan tersebut tertuang dalam bentuk puisi da kebiasaan tersebut semakin berkembang serta membuatnya semakin pandai.
Tidak hanya pandai membuat puisi, Sariamin juga pandai berpantun yang terus dikembangkan hingga beranjak remaja.
Pada saat berusia 16 tahun Sariamin Ismail mulai menulis beberapa artikel yang kemudian termuat di majalah tahun 1926.
Pendidikan Sariamin Ismail, Sosok Di Google Doodle
Tepat tanggal 31 Juli 2021 usia Sariamin memasuki 112 tahun sehingga Google doodle menampilkan ilustrasi sang novelis.
Meskipun tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang sosok Sariamin, namun karyanya sangat populer dahulu.
Bahkan sebagian besar masyarakat juga masih mencintai karya sastra sang novelis hingga saat ini.
Sariamin Ismail mengenyam pendidikan terakhir di Meisjes Normaal School ( Sekolah Guru Perempuan).
Sang novelis sempat menjalani pendidikan di Padang Panjang selama 4 tahun yaitu tahun 1921 hingga 1925.
Dan tepat pada tanggal 18 April 1925 Sariamin Ismail tamat sekolah di Meisjes Normaal School.
Akan tetapi sebelum di Meisjes Normaal School, Sariamin juga sempat bersekolah di desanya dan tamat tahun 1916.
Pada saat itu pendidikan bagi para wanita terbilang sangat sulit serta langka sehingga Sariamin sangat beruntung.
Oleh karena itu pendidikan yang Sariamin peroleh saat itu termasuk istimewa dan sudah tinggi.
Bahkan kondisi yang sang novelis hadapi saat itu menjadi salah satu inspirasi untuk menjadi sebuah tulisan.
Hingga akhirnya menghasilkan beberapa karya yang mengusung tema pendidikan bagi kaum wanita.
Tidak hanya menjalani pendidikan formal pada masa pemerintahan Belanda, namun juga mengenyam pendidikan masa pemerintahan Jepang.
Sekitar tahun 1943 hingga 1944, Sariamin mengikuti sekolah tinggi Jo Kien Sihan Gakko di Padang Panjang.
Selain itu juga mengikuti pendidikan di sekolah milik Ja’afar Jambek di Bukit Tinggi yang bernama Sekolah Samilussalam.
Setelah masuk Sekolah Samilussalam membuat Sariamin semakin dekat dengan agama Islam dan menjadi pengurus organisasi aktif.
Hasil Karya Sariamin Ismail
Ilustrasi sosok yang tampil di Google doodle merupakan seorang sastra perempuan pertama di tanah air.
Jiwa seni Sariamin Ismail tumbuh sejak kecil dan mulai mempraktikkan inspirasinya pada usia sebelas setengah tahun.
Bakat yang ia miliki semakin berkembang lantaran kebiasaannya membuat puisi serta berpantun di desanya.
Hingga bakat tersebut semakin berkembang dengan menulis artikel yang memuat tentang beberapa kondisi yang pernah dihadapi.
Bahkan Sariamin Ismail juga memiliki nama pena Selasih, Seleguri, atau Selasih Seleguri yang lebih populer di masyarakat.
Puisi karya Selasih antara lain “Kebesaran Hari Raya” dan “Kecewa” terbitan Pandji Pustaka, serta “Lapar” terbitan Pudjangga Bam.
Sedangkan prosa roman ada 4 judul yaitu “Kalau Tak Untung” tahun 1933 dan “Pengaruh Keadaan” tahun 1937 terbitan Balai Pustaka.
Dan karya lainnya ada “Kembali ke Pangkuan Ayah” terbitan tahun 1986 oleh Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Dan ada juga “Musibah Membawa Bahagia” yang terbit tahun 1986 oleh Depdikbud, Jakarta.
Namun masih ada karya Sariamin Ismail yang belum terbit yang berjudul “Di Pusara Ibu” dan “Corak Dunia”.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.