Geoffrey Hinton, sosok yang dikenal sebagai “Godfather of AI,” baru saja meraih Hadiah Nobel Fisika 2024 atas kontribusinya dalam penerapan jaringan saraf buatan menggunakan prinsip-prinsip fisika.
Namun, di balik prestasinya yang gemilang, Hinton kini menjadi suara kritis yang memperingatkan dunia akan potensi bahaya kecerdasan buatan (AI).
Bahkan, ia menyebut bahwa ancaman AI terhadap umat manusia bisa lebih serius dibandingkan perubahan iklim.
Siapa Geoffrey Hinton?
Lahir di London pada 1947, Geoffrey Hinton merupakan ilmuwan komputer dan psikolog kognitif yang dianggap sebagai salah satu pionir terpenting dalam sejarah AI.
Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di bidang psikologi eksperimental dari Universitas Cambridge pada tahun 1970, lalu meraih gelar doktor dalam bidang kecerdasan buatan dari Universitas Edinburgh pada 1978.
Setelah menamatkan studinya, Hinton menjalani karier akademik dan penelitian di beberapa institusi terkemuka, termasuk Universitas Sussex, Universitas California San Diego, dan Universitas Carnegie Mellon.
Pada 1987, ia bergabung dengan Canadian Institute for Advanced Research (CIFAR) dan menjadi bagian dari Departemen Ilmu Komputer di Universitas Toronto.
Di sanalah ia mendirikan Gatsby Computational Neuroscience Unit di University College London, sebelum kembali ke Toronto sebagai profesor emeritus.
Selama lebih dari satu dekade, dari 2004 hingga 2013, Hinton memimpin program “Neural Computation and Adaptive Perception” di CIFAR, di mana ia mengeksplorasi cara-cara baru dalam mengembangkan model pembelajaran mesin (machine learning) untuk memahami data yang kompleks.
Sejak 2013, ia juga bekerja paruh waktu di Google, di mana ia terlibat dalam proyek-proyek AI tingkat lanjut hingga akhirnya meninggalkan perusahaan tersebut pada 2023.
Kontribusi Revolusioner di Dunia AI
Geoffrey Hinton dikenal luas karena pengembangan jaringan saraf tiruan yang kini menjadi fondasi teknologi AI modern.
Salah satu kontribusi utamanya adalah algoritma backpropagation, yang memungkinkan mesin belajar dari data secara lebih efisien.
Selain itu, ia juga memperkenalkan berbagai konsep penting seperti Boltzmann machines, distributed representations, dan deep belief networks.
Karya monumental lainnya adalah model deep learning yang dikenal sebagai AlexNet.
Bersama tim peneliti di Universitas Toronto, Hinton menciptakan AlexNet yang memenangkan kompetisi ImageNet Large Scale Visual Recognition Challenge (ILSVRC) pada tahun 2012.
Model ini tidak hanya mencetak rekor akurasi 85%, tetapi juga mempopulerkan konsep deep learning, yang kini digunakan di berbagai bidang mulai dari pengenalan suara hingga pengklasifikasian objek.
Teknologi ini juga menjadi dasar dari revolusi AI modern, menginspirasi pengembangan sistem seperti Google DeepMind dan chatbot berbasis AI, termasuk ChatGPT dari OpenAI.
Hinton bahkan turut berkontribusi pada terobosan AI berbasis jaringan saraf yang diadaptasi dari temuan John J. Hopfield.
Kritik dan Kekhawatiran terhadap AI
Meski menjadi pelopor AI, Hinton kini mengkritik percepatan pengembangan teknologi ini.
Setelah meninggalkan Google pada 2023, ia menyatakan kekhawatirannya terhadap potensi dampak negatif AI.
Hinton menyebut perusahaan-perusahaan teknologi telah bertindak terlalu cepat dan sembrono dalam mengembangkan AI, tanpa memikirkan risiko yang ditimbulkan.
Ia menyoroti bagaimana AI dapat memicu gelombang besar konten palsu (misinformasi), mengancam keamanan siber, dan mengubah struktur pekerjaan secara drastis.
Bahkan, ia memperingatkan bahwa AI memiliki potensi untuk menjadi ancaman eksistensial jika tidak dikelola dengan bijak.
Hinton juga menilai bahwa pendekatan etis dalam pengembangan AI sering kali diabaikan demi keuntungan komersial.
Menurutnya, regulasi yang ketat dan pengawasan global sangat diperlukan untuk memastikan AI digunakan secara bertanggung jawab.
Warisan dan Dampak Hinton
Geoffrey Hinton tidak hanya menciptakan teknologi yang telah mengubah dunia, tetapi juga mendorong diskusi global tentang bagaimana teknologi ini dapat dikelola secara etis.
Meski ia telah mengingatkan tentang bahaya AI, kontribusinya tetap menjadi landasan dari banyak kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita nikmati hari ini.
Sebagai salah satu arsitek utama AI modern, warisan Hinton akan terus hidup, baik dalam bentuk inovasi maupun peringatan yang ia sampaikan kepada dunia.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.