Reportasee.com – Covid-19 Varian Lambda menjadi salah satu mutasi virus Corona yang para ahli temukan di kawasan Peru.
Kasus harian virus Covid-19 semakin meningkat terlebih dengan munculnya sejumlah mutasi berbahaya dari sejumlah negara.
Sebelumnya, muncul varian delta yang para ahli sebut sebagai mutasi berbahaya.
Selain itu pihak WHO menjadikan varian delta sebagai perhatian karena penyebarannya tergolong cepat.
Tampaknya kecepatan penyebaran virus juga berlaku untuk varian Lambda.
Terbukti sampai akhir bulan Juni lalu, sudah ada 29 negara yang menjadi tempat varian tersebut tersebar.
Tujuh di antara negara yang terpapar Covid-19 varian Lambda berada di kawasan Amerika Latin.
Penjelasan Pakar Virology Terkait Covid-19 Varian Lambda
Laporan pertama kali keberadaan Covid-19 varian Lambda terjadi pada bulan Desember tahun 2020 lalu.
Kemudian Lambda menyebar ke sejumlah negara di kawasan Amerika Selatan dan menyumbang 20 persen kasus di sana.
Lambda juga terdeteksi pada lebih dari 20 negara di seluruh dunia yang memunculkan kekhawatiran dari banyak pihak.
Selain itu muncul pertanyaan mengenai varian tersebut serta efektivitas vaksin terhadap Lambda.
Pakar virology asal Australia yakni Adam Taylor dari Universitas Griffith menjelaskan tentang seluk beluk Lambda.
Ia menyampaikan jika Pusat Pencegahan serta Pengendalian Penyakit kawasan Eropa sudah menetapkan Lambda dalam varian yang sedang mereka pantau.
Sementara ketetapan status berbeda di kawasan Inggris. Sebab Public Health England menganggap Lambda menjadi varian yang tengah mereka selidiki.
Sedangkan pada Juni 2021 lalu, WHO menetapkan mutasi Lambda sebagai varian yang perlu mereka perhatikan.
Hal ini lantaran mutasinya mereka anggap memenuhi karakteristik terkait virus.
WHO sendiri belum menetapkan lambda sebagai varian mengkhawatirkan seperti pada delta maupun alpha.
Bukti pada epidemiologis masih tergolong samar terkait ancaman pasti yang Lambda timbulkan.
Sehingga varian Lambda masih memerlukan lebih banyak penelitian lanjutan.
Informasi terkait mutasinya juga dampak penularan belum terlalu jelas.
Selain itu terkait kemampuan menghindar dari perlindungan vaksin serta tingkat keparahan penyakit Covid-19 varian Lambda juga belum begitu jelas.
Texas Konfirmasi Kasus Pertama Varian Lambda
Sistem rumah sakit di kawasan Texas Amerika Serikat sudah mengkonfirmasi kasus pertama mereka mengenai Covid-19 Varian Lambda.
Kabar terbaru varian tersebut sudah berkontribusi terhadap 81 persen di negara tersebut dari April sampai bulan Juni.
Rumah Sakit bernama Houston Methodist dengan delapan fasilitas pada negara bagian Texas mengkonfirmasi kasus pertama di hari Senin tanggal 19 Juli lalu.
Sebelumnya, WHO sudah menaikkan status varian Lambda menjadi VOI atau Variant of Interest.
Di sisi lain, varian Delta yang pertama kali muncul di India WHO tetapkan sebagai Variant of Concern.
Varian Delta yang cepat menular sudah memicu gelombang kasus corona terbaru.
Bahkan Delta menjadi varian dominan di kawasan Negeri Paman Sam tersebut.
Pejabat kesehatan AS mengatakan jika varian Delta kini sudah menyumbang 80 persen lebih kasus di negara tersebut.
Wesley Long selaku Direktur Medis Mikrobiologi Diagnostik dari Rumah Sakit Houston Methodist memberikan tanggapan terkait varian Lambda.
Wesley Long berkata jika belum ada cukup bukti sebagai penunjukkan akan terjadi masalah baru daripada varian sebelumnya yakni Delta.
Kendati demikian ia berkata jika semua pihak harus lebih peduli mengenai varian Lambda daripada Delta.
Namun Long mengimbuhkan ia berpikir jika varian Delta menjadi perhatian utama.
Terdapat lebih banyak bukti yang mereka miliki jika varian Delta jauh cepat menular.
Di sisi lain, kasus penyebaran Covid-19 bertambah sampai dua kali lipat pada Rumah Sakit tersebut.
Adanya kasus Covid-19 varian Lambda tentunya menambah jumlah penularan corona.
Lambda Menjadi Varian Lebih Mematikan Daripada Delta
Terdapat fakta baru jika Covid-19 varian Lambda ternyata lebih mematikan daripada varian Delta yang pertama kali ada di India.
Sesuai dengan sumber, klaim Lambda sebagai varian memastikan tersebut berasal dari Kementrian Kesehatan kawasan Malaysia.
Menurut Kemkes Malaysia, sejauh ini varian Lambda sudah terdeteksi di 30 negara dalam kurun waktu satu bulan terakhir.
Di kawasan Inggris sendiri terdapat enam kasus Lambda yang menjadi varian yang menarik dari organisasi kesehatan dunia.
Pihak Kemkes Malaysia mencuitkan jika varian Lambda berasal dari Peru yakni negara dengan angka kematian paling tinggi di Dunia.
Cuitan tersebut mengutip salah satu laporan berita yang menyatakan jika varian Lambda sudah terdeteksi di kawasan Inggris.
Para peneliti pun khawatir jika varian tersebut lebih menular daripada delta. Lambda menyumbang hampir sebanyak 82 persen dari sampel kasus virus Covid-18 yang selama Mei serta Juni.
Sementara di kawasan Cile yakni negara Amerika Selatan lainnya, varian tersebut sudah menyumbang lebih dari 31 persen sampel dari waktu yang sama.
Organisasi kesehatan dunia menetapkan lambda menjadi varian yang perhatian karena peningkatan di Amerika Selatan.
Badan kesehatan global juga menyatakan jika Lambda menunjukkan peningkatan resistensi serta transmisi terhadap antibodi seseorang.
Sementara itu, PHE menambahkan Covid-19 varian Lambda dalam kasus yang mereka selidiki atau VUI.
Hal ini lantaran ekspansi internasional serta sejumlah mutasi penting termasuk F490S serta L452Q.
WHO Ungkap Kecepatan Penyebaran Virus Varian Lambda
Pihak organisasi kesehatan dunia sudah menyebut jika kecepatan Covid-19 Varian Lambda sangat mengkhawatirkan.
Sebab penyebarannya pada sebanyak 30 negara hanya berlangsung dalam empat pekan terakhir.
Ilmuwan dari WHO geleng-geleng kepala saat mengetahui kecepatan penyebaran varian baru corona tersebut.
Di Peru sendiri varian Lambda sudah mereka temukan pada 81 persen pasien sejak bulan April lalu.
Peru sebagai negara kematian tertinggi akibat Covid memunculkan kekhawatiran jika varian Lambda bukan hanya menular namun juga mematikan.
Heredia Pablo Tsukayama yakni Profesor Universitas Cayeteno di Peru memberikan tanggapannya terkait penyebaran Delta.
Ia mengatakan jika ledakan strain Lambda sangat cepat mendominasi terkait kasus infeksi.
Hal ini menunjukan tingkat penularannya tergolong lebih tinggi daripada varian corona lainnya.
Pernyataan dari Tsukayama didukung dengan laporan yang berasal dari Jeff Barrett.
Yakni Direktur Welcoma Sanger Institute, Covid Genomics Initiative dari London.
Katanya Lambda mempunyai pola unik dari tujuh mutasi.
Perbedaan tersebut dalam hal protein lonjakan yang virus gunakan untuk menginfeksi sel tubuh manusia.
Para peneliti sangat tertarik kepada satu mutasi yang mereka sebut L452Q.
Mutasi tersebut mirip dengan L452R yang memiliki kontribusi terhadap penularan tinggi dari Delta.
Laporan para ilmuwan dari Universitas Chile Santiago mengungkapkan kekhawatiran mereka.
Adapun kekhawatiran tersebut terkait vaksin yang ada sekarang ini tak cukup efektif dalam menetralkan varian Lambda.
Para peneliti mengungkap jika data mereka menunjukkan mutasi yang ada dalam protein lonjakan lambda meningkatan tingkat infektivitas vaksin.
Namun para ahli tetap menekankan protokol kesehatan harus masyarakat lakukan untuk penanggulangan varian Lambda.
Kendati demikian, pihak terkait mengatakan jika masyarakat tidak perlu khawatir berlebih terkait keberadaan Covid-19 varian Lambda.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.