Pada Senin (9/12), pemerintah China secara resmi memulai penyelidikan terhadap Nvidia, salah satu raksasa cip asal Amerika Serikat.
Langkah ini dilakukan atas dugaan pelanggaran undang-undang antimonopoli, di tengah persaingan sengit antara kedua negara dalam dominasi industri semikonduktor global.
Investigasi ini diungkap oleh badan pengawas regulasi pasar China, yang memiliki otoritas dalam menangani kasus-kasus antimonopoli.
Akar Masalah: Dugaan Pelanggaran dan Akuisisi Mellanox
Menurut pernyataan resmi yang dirilis secara daring, penyelidikan terhadap Nvidia dilakukan “sesuai dengan hukum.”
Otoritas China juga menuduh Nvidia melanggar komitmen yang dibuat pada tahun 2020 saat perusahaan tersebut mengakuisisi Mellanox, sebuah perusahaan pusat data asal Israel.
Akuisisi ini sebelumnya mendapat perhatian global, mengingat pentingnya teknologi Mellanox dalam pengembangan infrastruktur data.
Pengumuman ini berdampak langsung pada pasar saham, dengan nilai saham Nvidia turun 2,6 persen pada penutupan perdagangan Wall Street di hari yang sama.
Meskipun demikian, Nvidia belum memberikan tanggapan resmi terkait tuduhan tersebut.
Persaingan Memanas: AS vs. China dalam Teknologi Semikonduktor
Penyelidikan ini berlangsung di tengah ketegangan yang terus meningkat antara AS dan China terkait perdagangan teknologi canggih.
Nvidia, sebagai pemain utama dalam pasar cip dan kecerdasan buatan, berada di pusat konflik ini.
Pekan lalu, China mengumumkan pembatasan ekspor beberapa bahan penting untuk pembuatan semikonduktor, seperti galium, antimon, dan germanium, dengan alasan keamanan nasional.
Langkah ini merupakan respons terhadap kebijakan AS yang semakin ketat terhadap ekspor cip canggih ke China.
Pemerintah AS sebelumnya melarang penjualan teknologi cip tertentu tanpa izin tambahan kepada lebih dari 140 perusahaan, termasuk Piotech dan SiCarrier, dua perusahaan cip asal China.
Selain itu, aturan baru AS juga mencakup pembatasan pada peralatan dan perangkat lunak yang digunakan untuk memproduksi semikonduktor.
Dampak Global dan Tantangan untuk Nvidia
Ketegangan geopolitik ini memberikan tekanan besar pada Nvidia, yang meskipun mencatatkan pendapatan triwulanan yang memecahkan rekor pada November 2023, menghadapi tantangan besar di pasar China.
Pemerintah AS telah melarang Nvidia menjual cip kecerdasan buatan kelas atas ke China, yang dianggap sebagai pesaing strategis dalam pengembangan semikonduktor mutakhir.
Namun, CEO Nvidia, Jensen Huang, yang berasal dari Taiwan, menyampaikan pandangannya yang optimis dalam sebuah acara di Hong Kong bulan lalu.
Ia menekankan bahwa “pengetahuan ilmiah dan penelitian dalam kecerdasan buatan bersifat global” dan percaya bahwa inovasi tidak dapat dihentikan oleh batasan geopolitik.
Implikasi Jangka Panjang
Penyelidikan China terhadap Nvidia mencerminkan semakin intensifnya persaingan teknologi antara dua ekonomi terbesar dunia.
Langkah ini tidak hanya memengaruhi hubungan perdagangan, tetapi juga dapat mengubah dinamika pasar semikonduktor global.
Dengan meningkatnya permintaan cip untuk kecerdasan buatan dan aplikasi teknologi canggih lainnya, hasil dari konflik ini akan sangat menentukan arah industri di masa depan.
Bagi Nvidia, investigasi ini menjadi ujian penting, terutama ketika perusahaan berusaha menyeimbangkan dominasi globalnya dengan tantangan geopolitik yang semakin kompleks.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.