Reportasee.com – Aset digital Kripto kembali berada di zona merah dalam perdagangan terbaru pasar.
Awalnya pada minggu lalu harga aset kripto mengalami market merah berhari-hari lamanya.
Penyebabnya yakni kekhawatiran terkait penularan Evergrande Group serta Federal Reserve.
Penurunan harga aset kripto sendiri tentu saja menimbulkan kekhawatiran khususnya di kalangan penambang.
Apalagi masyarakat yang berada di negara El Salvador dengan adopsi salah satu mata uang kripto yakni Bitcoin.
Penurunan harga aset digital kripto terjadi terdapat beberapa faktor penyebabnya.
Harga Sejumlah Aset Digital Kripto Turun Drastis
Kisaran harga aset digital kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar perbalik melemah dalam perdagangan Selasa hari ini.
Pemicunya lantaran investor khawatir kembali oleh kian kerasnya negara China terhadap industri di bidang kripto.
Berdasarkan data setempat tepatnya 09:15 WIB, kedelapan aset kripto dengan kapitalisasi terbesar kembali berada di zona merah.
Misalnya saja bitcoin yang merosot sebesar 3,88% menuju level US$ 42.548,67 perkoin atau senilai Rp.606.318.548.
Aset ethereum ambles hingga 6,57% menuju level US$ 2.949,08 per satu koin atau Rp. 42.024.390.
Mata uang digital cardano terkoreksi sebesar 4,21% menjadi US$ 2,17 perkoin senilai Rp. 30.923 perkoinnya.
Berikutnya binance coin menurun hingga 4,29% menuju US$ 339,8 perkoin setara Rp. 4.842.150.
Ripple turut tergelincir 4,51% sehingga nilainya kini US$ 0,9344 atau Rp. 13.315 persatu koinnya.
Aset Solana melemah samai 2,99% ke level US$ 137,4 senilai Rp. 1.957.970 perkoinnya.
Polkadot dan dogecoin terdepresi masing-masing sebesar 6,21% dan 3,4%.
Kini kedua aset tersebut berada di US$ 28,03 serta US$ 0,202 perkoinnya.
Para investor kripto kembali khawatir oleh sentiment dari kian kerasnya pemerintah China untuk pasar kripto.
Di mana tepat akhir minggu lalu, negara China resmi menganggap aktivitas yang berhubungan dengan kripto menjadi illegal.
Ketetapn status illegal baik transaksi dengan kripto maupun aktivitas penambangannya.
Untuk sekarang tampaknya sejumlah pembeli cenderung mengalihkan fokus dari bitcoin dan beralih ke DeFi.
Terlebih usai tindakan keras dari China terhadap aktivitas dengan mata uang kripto.
Makin kerasnya China kepada kripto membuat dua berusahaan pertukaran mata yang tersebut resmi menghentikan pendaftaran terbaru.
Kedua perusahaan itu antara lain Huobi serta Binance yang nantinya menghentikan kontrak eksisting bersama nasabah China.
Pemerintah China turut melarang bank maupun lembaga keuangan lain menawarkan layanan yang memiliki keterkaitan dengan aset digital kripto.
Tekanan Harga Aset Kripto Hanya Sementara?
Sekarang tengah terjadi tekanan akan kisaran harga aset digital kripto.
Akan tetapi kalangan pengamat menilai terjadinya tekanan itu hanyalah sentiment yang sementara.
CEO perusahaan Indodax yakni Oscar Darmawan berkata pelarangan dari China memang sempat membuat harga aset kripto jatuh.
Namun meskipun begitu minat publik dunia hingga sekarang malah kian banyak.
Ia berkata kalau investor tak perlu merasa was was sebab menurutnya pengumuman tersebt hanya berdampak dalam jangka pendek.
Pasalnya aksi dalam pasar jual yang sifatnya memang sementara saja.
Menurutnya sentiment itu tidak akan memberikan dampak panjang.
Sebab berdasarkan data, kisaran harga aset kripto kerap mengalami kenaikan.
Contohnya saja di 1 Januari 2021 lalu harga bitcoin menyentuh angka 29,576 dolar AS atau senilai Rp. 422 juta.
Namun kini harga bitcoin telah menyentuh angka 43, 942 dolar As atau senilai dengan 626 juta rupiah.
Oscar menuturkan pernyataan bank sentral kawasan China tentang pelarangan kripto bukan hal baru.
Pasalnya awal tahun 2021 lalu negara Tirai Bambu sudah mengumumkan menindak tegas semua aktivitas kripto.
Ia sendiri pun optimis dengan aset digital kripto sebab sejumah negara mendukung inovasi tersebut.
Xi Jinping Resmi Binasakan Aset Kripto
Pemerintah kawasan China menutup ruang untuk sejumlah aset digital kripto seperti Bitcoin, Ethereum dan Bitcoin.
Sehingga sejumlah aset kripto tersebut tak bisa berkembang di negara Tirai bambu tersebut.
Pemerintah China yakni Xi Jinping melarang seluruh aktivitas kripto di negaranya.
Larangan ini terjadi bahkan ketika China menjadi salah satu pasar uang kripto terbesar di dunia.
Bahkan dari larangan baru tersebut Bank Sentral mengatakan semua transaksi kripto bersifat illegal.
Mereka turut melarang terjadinya transaksi menggunakan token digital.
Laporan setempat turut menyebut bank sentral mengingatkan aktivitas kripto begitu berbahaya bagi keselamatan aset warga.
Melansir media lokal, bank sentral menambahkan pertukaran mata uang virtual memakai internet menjadi aktivitas keuangang yang illegal.
Mereka bahkan mempunyai bermacam cara guna mematikan mata uang kripto.
Ini sebagai peningkatan sistem guna memantau transaksi tentang kripto serta menghentikan terjadinya investasi spekulatif.
Atas kebijakan tersebut dua bursa penukaran kripto terbesar memutuskan hubungan dengan investor di China.
Juru bicara aset Binance berkata perusahaan tidak mempunyai operasi pertukaran di negara China dan memblokir IP.
Upaya China menghilangkan aset kripto dari negaranya bermula sejak tahun 2017 lalu.
Saat itu pemerintah melarang penawaran koin perdana atau ICO yaitu langkah menerbitkan token digital dan mengumpulkan uang.
China turut menutup semua usaha pertukaran uang kripto yang berlangsung di dalam negeri.
Dua tahun setelahnya, tepat 2019 China juga merilis aturan baru guna melarang kegiatan penambangan bitcoin.
Aktivitas tersebut memecahkan kode matematika yang rumit memakai komputer jenis khusus.
Semenjak itu China dengan aktif menutup banyak penambang aset digital kripto yang ada juga sejenisnya.
Beberapa Saham Hong Kong Ambles Usai Pemerintah China Tekan Aturan Aset Kripto
Sederet saham Hong Kong yang memiliki keterkaitan dengan aset digital kripto menurun pada perdagangan 27 September kemarin.
Penurunan menjadi dampak tindakan dari pemerintah China yang membuat aset kripto tertekan walaupun Bitcoin stabil.
Saham manajer dari aset kripto serta perusahaan perdagangan Houbi Tech anjlok sebesar 30 persen lebih sejak pasar saham buka.
Houbi Global berkata bahwa pihaknya sudah berhenti menerima pendaftar baru di China daratan sejak 24 September.
Mereka juga akan menutup akun nasabah yang basisnya di China daratan tepat akhir tahun 2021.
Tujuannya guna mematuhi peraturan setempat yang berlaku.
Pengatur regulasi kawasan China kian mengintensifkan larangan keran di hari Jumat 24 September.
Mereka melarang adanya transaksi maupun penambangan uang digital kripto.
Bukan itu saja mereka turut menyampaikan bursa luar negeri terlarang memberikan layanan untuk investor daratan lewat internet.
Serta karyawan layanan perdagangan kripto luar negeri yang basisnya di China daratan akan mendapat penyelidikan.
OKG Technology Holdings Ltd, selaku perusahaan fintech juga anjlok 20 persen lebih.
Tetapi perdagangan mata uang kripto kuat pada hari Senin kemarin tepat usai rebound dari penjualan dorongan China.
Pasalnya dorongan itu menciptakan spekulan membeli ketika harganya sedang jatuh.
Sebut saja bitcoin sempat naik sekitar 2,4 persen pada perdagangan Asia ke level 44.250 dolar AS.
Kenaikan terjadi setelah jatuh sedikit di kisaran 41.000 dolar menyusul informasi larangan total kripto di China.
Kebijakan untuk aset digital kripto tersebut menjadi tindakan cukup keras yang sangat luas.
Eksplorasi konten lain dari Reportasee.com™
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.